Apakah Anda pernah memperhatikan tentang kebiasaan seperti tradisi, adat, atau budaya di sekitar tempat tinggal Anda? Lalu bagaimana sebuah tradisi tersebut mempengaruhi kehidupan masyarakat di daerah tempat tinggal Anda?
Kehidupan masyarakat tidak terlepas dari adanya kearifan lokal atau local genius. Kearifan lokal adalah pengetahuan dan pemahaman yang dimiliki oleh suatu kelompok masyarakat tentang lingkungan hidupnya dan bagaimana cara memanfaatkannya untuk kehidupan sehari-hari.
Blitar, sebuah kota kecil di Jawa Timur, juga memiliki beragam kearifan lokal yang masih dipertahankan masyarakat hingga kini.
Berikut 6 kearifan lokal yang masih dapat ditemukan di Blitar hingga kini.
- Manten Kopi
Manten Kopi Manten Kopi adalah ritual yang dilakukan di Kebun Kopi Karanganyar, Desa Modangan, Kecamatan Nglegok, Kabupaten Blitar.
Ritual ini mempertemukan kopi tangkai lanang (laki-laki) dan wadon (perempuan) yang kemudian dibungkus dengan kain mori.
Ritual ini menjadi agenda penanda dimulainya panen raya kopi di perkebunan peninggalan Belanda itu. Perkebunan kopi biasanya menggelar event manten kopi setiap bulan Juni atau Juli.
Manten kopi ini sudah ada sejak perkebunan ini berdiri pada tahun 1874 oleh Belanda. Ritual ini merupakan cara bagaimana mereka menunjukkan rasa terima kasih mereka untuk musim panen dan juga doa untuk panen yang melimpah, sehingga manajemen, staf, dan penduduk setempat dapat memperoleh manfaatnya.
Â
- Larung Sesaji

Foto. Kemdikbud.go.id
Salah satu kearifan lokal yang terkenal di Blitar adalah tradisi Larung Sesaji. Tradisi ini dilakukan oleh masyarakat daerah pesisir Pantai Tambakrejo, Kecamatan Wonotirto, Kabupaten Blitar, setiap tanggal 1 Suro atau 1 Muharram dan dihadiri oleh Bupati Blitar.
Tradisi ini dilakukan sebagai bentuk ucapan syukur atas nikmat Allah berupa rezeki, keselamatan, dan kekayaan sumber daya yang melimpah.
Tradisi ini bercirikan dengan membawa hasil bumi serta kepala sapi dan membawanya ke dermaga untuk dilarungkan sekitar 3 kilometer di tengah laut.
Â
- Grebeg Pancasila
Grebeg Pancasila merupakan upacara budaya yang rutin digelar untuk memperingati hari lahirnya pancasila yang setiap tahun digelar pada tanggal 31 Mei dan 1 Juni.
Tradisi ini merupakan ungkapan rasa kekecewaan oleh para seniman dan budayawan Kota Blitar perihal ditiadakannya peringatan hari Pancasila setiap tanggal 1 Juni.
Untuk mewujudkan hal tersebut, pada tahun 2000 pemerintahan resmi memulai pengadaan tradisi untuk memperingati hari lahir Pancasila dengan nama Grebeg Pancasila.
Adapun dalam pelaksanaannya, tradisi ini terdiri dari lima ritus yaitu Bedhol Pusaka, Tirakatan (Macapatan), Upacara Budaya, Kirab Gunungan Lima dan Kenduri Pancasila.
Â
- Siraman Gong Kyai Pradah
Gong Kyai Pradah adalah pusaka keramat yang ada di Kabupaten Blitar. Gong ini rutin disucikan setiap tahunnya di Bulan Maulid dan sudah dilakukan secara turun-temurun di Kecamatan Sutojayan.
Tradisi ini merupakan proses untuk memandikan sebuah benda pusaka yaitu Gong disirami bunga setaman, sehingga menjadi daya tarik tersendiri bagi masyarakat luas.
Tujuan dari kegiatan ini yaitu untuk melestarikan kebudayaan bangsa sebagai warisan leluhur, juga sebagai upacara adat untuk mensejahterakan masyarakat dan membawa keberuntungan bagi siapa saja yang mengikutinya.
Â
- Wayang Orang

Foto. Kompas.com
Wayang Wong atau yang disebut juga Wayang Orang mengacu pada istilah wayang yang dimainkan dengan menggunakan orang sebagai tokoh dalam cerita wayang tersebut.
Wayang orang termasuk sebagai salah satu bentuk seni karya sastra, karena di dalamnya terdapat unsur seni, seperti seni tari, seni musik, seni drama, dan seni suara.
Pertunjukkan Wayang Orang di Blitar biasanya digelar oleh Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Blitar bekerja sama dengan Badan Pehubung Daerah Provinsi Jawa Timur. Pertunjukkan ini biasanya diadakan di Gedung Kesenian Aryo Blitar.
Â
- Jamasan Keris Umyang Jimbe

Foto. detik.com
Jamasan Keris Umyang Jimbe adalah tradisi yang dilakukan oleh masyarakat di Blitar, Jawa Timur untuk menyucikan pusaka warisan leluhur.
Tradisi ini biasanya digelar setiap Bulan Suro, pada Hari Kamis Kliwon atau malam Jumat Legi. Tradisi ini dilakukan di Situs Kekunaan Jimbe.
Pada hari h pelaksanaan, sejak pagi, gapura situs ini sudah terpasang janur kuning sebagai simbol hajatan besar. Bahkan, beberapa keris yang dimiliki warga Blitar turut dijamasi atau disucikan di situs ini.
Dengan menjaga dan melestarikan kearifan lokal, kita tidak hanya mempertahankan identitas budaya kita, tetapi juga mempromosikan pariwisata dan memperkaya kehidupan masyarakat.
Mari kita hargai dan lestarikan kearifan lokal di daerah kita masing-masing. Selamat menjelajahi Blitar!