Pernahkah Anda berpikir setiap kali naik kereta api, bagaimana awalnya jalur kereta api dibangun, sejak kapan, dan apa fungsi awalnya?
Jika Anda penasaran, Blitar memiliki jawabannya. Kota ini adalah saksi bisu perkembangan kereta api sejak masa kolonial Belanda hingga zaman kemerdekaan Indonesia.
Pada awal abad ke-18, Belanda mulai menguasai wilayah ini dan menjadikannya sebagai pusat administrasi.
Salah satu bukti nyata dari pengaruh kolonial Belanda di Blitar adalah keberadaan stasiun-stasiun kereta api yang dibangun pada masa itu.
Perkembangan transportasi kereta di Blitar sangat dipengaruhi oleh revolusi industri dan pembangunan pabrik gula dan kopi.
Kereta api di Blitar pada masa kolonial memiliki fungsi yang sangat penting, yaitu sebagai alat transportasi pengangkut barang.
Adanya kereta api di jalur Blitar awalnya untuk memenuhi kebutuhan para pejabat Belanda dan pengusaha sebagai sarana mobilitas atau alat pengangkut hasil produksi perkebunan serta industri mereka sendiri.
Berikut 3 stasiun peninggalan Kolonial Belanda yang masih ada di Blitar hingga saat ini:
- Stasiun Blitar
Stasiun Blitar adalah stasiun kereta api kelas besar tipe B yang terletak di Kepanjenkidul, Kota Blitar.
Stasiun ini berada pada ketinggian +167 meter dan termasuk dalam pengelolaan Daerah Operasi VII Madiun serta KAI Commuter dengan jarak 92,5 km arah tenggara dari Kertosono.
Stasiun ini merupakan peninggalan masa Hindia Belanda dan pembangunannya bersamaan dengan jalur kereta api Kediri-Tulungagung-Blitar sepanjang 64 kilometer.
Pengerjaan dilakukan oleh Staatsspoorwegen (SS), perusahaan kereta api milik pemerintah Hindia Belanda dan dimulai pengerjaannya tahun 1883 dan diresmikan 16 Juni 1884.
Bangunan Stasiun Blitar yang saat ini bukan merupakan bangunan asli karena bangunannya telah dilakukan renovasi.
Stasiun ini memiliki enam jalur dengan dua jalur sepur lurus dan satu jalur menuju area depo.
- Stasiun Wlingi
Stasiun Wlingi dibangun pada tahun 1897 oleh Pemerintah Hindia Belanda.
Pembangunan stasiun ini dilakukan bersamaan dengan proyek jalur rel kereta api Blitar-Wlingi-Kepanjen-Malang sepanjang 74 kilometer.
Stasiun ini berada paling barat di Daerah Operasi VIII Surabaya lintas Bangil-Kertosono dan merupakan stasiun kereta api utama di Kabupaten Blitar.
Semua kereta api penumpang yang melintasi jalur percabangan Kertosono–Malang di lintas selatan dan tengah Pulau Jawa berhenti di stasiun ini.
Stasiun ini memiliki empat jalur kereta api dengan jalur 2 merupakan sepur lurus dan jalur 3 yang sering digunakan untuk keberangkatan maupun kedatangan kereta api yang rangkaiannya cukup panjang.
- Stasiun Kesamben
Stasiun Kesamben (KSB) adalah stasiun kereta api kelas III/kecil yang terletak di Kesamben, Blitar.
Bangunan Stasiun Kesamben ini merupakan bangunan peninggalan masa Hindia Belanda, yang pembangunannya bersamaan dengan pembangunan jalur rel kereta api Blitar-Wlingi-Kepanjen yang dimulai pada tahun 1896 dan selesai pada tahun 1897.
Stasiun ini termasuk dalam pengelolaan Daerah Operasi VIII Surabaya dan KAI Commuter dengan jarak 121 km sebelah tenggara dari Kertosono.
Stasiun ini hanya memiliki dua jalur kereta api dengan jalur 1 merupakan sepur lurus.
Ketiga stasiun tersebut menjadi pusat transportasi kereta api di Blitar yang mengangkut hasil perkebunan seperti kopi, gula, teh dan hasil bumi lainnya pada masa pemerintahan Kolonial Belanda.
De Karanganjar Koffieplantage adalah salah satu perkebunan kopi tertua yang telah berdiri sejak 1874.
Perkebunan ini dulunya juga dikelola oleh perusahaan Belanda selama puluhan tahun, sebelum dilakukan proses nasionalisasi terhadap aset-asetnya oleh Presiden Soekarno pada tahun 1957.
Adapun rute pengangkutan hasil perkebunan ini melalui kereta api masih ada hingga kini, menjadi bukti nyata dari sejarah panjang perkebunan ini.
Apabila Anda ingin mengetahui lebih banyak tentang perkebunan ini, Anda bisa langsung berkunjung ke De Karanganjar Koffieplantage.
Demikianlah artikel ini memberikan gambaran tentang sejarah dan perkembangan stasiun-stasiun kereta api di Blitar, serta bagaimana mereka telah membentuk dan mempengaruhi kota ini.
Semoga artikel ini dapat memberikan wawasan dan pengetahuan baru bagi pembaca. Selamat menikmati wisata sejarah di Blitar!.