Bumi proklamator yang identik dengan kota Blitar, ternyata bukan hanya sekedar julukan belaka.
Bukan karena tempat kelahiran Proklamator Kemerdekaan Indonesia, Soekarno, tetapi Blitar adalah tempat di mana perjuangan heroik para pahlawan bangsa kita terabadikan.
Di sinilah, di antara jalan-jalan yang tenang dan bangunan-bangunan bersejarah, kita dapat merasakan semangat perjuangan yang masih membara.
Sebuah semangat yang telah diwariskan dari generasi ke generasi melalui cerita dan monumen-monumen yang berdiri tegak.
Monumen dapat didefinisikan sebagai bangunan yang diciptakan untuk menyimpan dan mengabadikan kenangan akan peristiwa atau tokoh-tokoh yang mengukir sejarah.
Sebagai penanda waktu, monumen bukan sekadar objek statis, melainkan bukti atas keberanian, keteguhan, dan semangat perjuangan para pahlawan dari satu masa ke masa berikutnya.
Berikut ini adalah 3 monumen bersejarah yang ikonik dengan peristiwa sejarah yang terjadi di Blitar.
- Monumen PETA
Monumen PETA, yang berlokasi di Jl. Sudanco Supriyadi, Bendogerit, Kec. Sananwetan, Kota Blitar.
Monumen ini dibangun untuk mengenang perjuangan Tentara PETA di Blitar, khususnya yang melibatkan Shodanco Supriyadi dan enam prajurit lainnya dalam melawan tentara Jepang.
Monumen ini diresmikan pada 14 Februari 2008, bertepatan dengan peringatan pemberontakan PETA di Blitar.
Monumen PETA juga menjadi simbol keberanian dan keteguhan hati para pejuang dalam menghadapi penjajah.
- Monumen Patung Putra Sang Fajar
Monumen Patung Putra Sang Fajar, yang berlokasi di pertigaan Jalan Supriyadi Blitar, tepat di seberang Hotel Herlingga.
Monumen patung ini merupakan persembahan untuk mengenang jasa-jasa Proklamator RI, Soekarno.
Patung tersebut merupakan kreasi seniman asal Yogyakarta dan diresmikan oleh putri Bung Karno, Megawati Soekarno Puteri.
Salah satu fakta menarik dari patung ini adalah posenya yang menghadap ke timur, sesuai dengan julukan Bung Karno sebagai Putra Sang Fajar.
- Monumen Potlot
Monumen Potlot, berlokasi di  Bendogerit, Kecamatan Sananwetan, tepatnya berdiri kokoh sebagai center of interest Taman Makam Pahlawan (TMP) Raden Wijaya, Blitar.
Monumen ini dibangun sebagai pengingat sejarah Bendera Merah Putih yang pertama kali berkibar di Kota Blitar.
Pada 14 Februari 1945, seorang perwira tentara bentukan militer Jepang PETA, Sudancho Parto Hardjono, berani mengibarkan Bendera Merah Putih di tugu tiang bendera yang berada di depan markas PETA Daidan Blitar.
Hingga kemudian, monumen ini diresmikan pada tahun 1946 oleh Jenderal Sudirman.
Selain monument, kita juga dapat merasakan dan menghargai sejarah dengan mengunjungi museum seperti Museum Noegroho di De Karanganjar Koffieplantage.
Tempat ini menjadi rumah bagi berbagai artefak bersejarah, mulai dari pusaka leluhur hingga batik khas Blitar yang penuh dengan makna sejarah.
Dengan demikian, kita dapat memahami dan menghargai warisan budaya kita dengan lebih baik, dan memastikan bahwa cerita-cerita ini terus hidup untuk generasi mendatang.