Bukan cuma mood manusia yang gampang berubah, ternyata cuaca juga bisa menunjukkan perilaku yang tak terduga.
Awal Mei biasanya menjadi tanda dimulainya musim kemarau di sebagian besar wilayah Indonesia, termasuk wilayah Blitar.
Namun, kenyataannya, hujan masih sering turun meskipun seharusnya cuaca sudah mulai kering dan panas.
Apa penyebab penyimpangan cuaca ini?
Mari kita kupas secara rinci berdasarkan data dan analisis dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) serta kaitannya dengan kondisi cuaca di Blitar.
Penyimpangan Cuaca Awal Mei: Kemarau Tapi Masih Hujan
Secara klimatologis, musim kemarau di Indonesia pada tahun 2025 diprediksi mulai masuk pada periode April hingga Juni, dengan sekitar 57,7% wilayah Indonesia sudah memasuki musim kemarau, terutama wilayah Nusa Tenggara yang mengalami kemarau lebih awal dibandingkan wilayah lain.
Namun, meskipun secara umum sudah memasuki musim kemarau, fenomena hujan masih sering terjadi pada sore hingga malam hari di berbagai wilayah Indonesia, termasuk di Jawa Timur dan sekitarnya.
Fenomena ini disebabkan oleh masa peralihan musim atau pancaroba, yaitu periode transisi dari musim hujan ke musim kemarau yang ditandai dengan kondisi atmosfer yang labil.
Pada masa ini, suhu siang hari bisa terasa panas terik, namun pada sore atau malam hari awan konvektif seperti awan Cumulonimbus dapat terbentuk dan menyebabkan hujan lokal bahkan hujan lebat disertai petir dan angin kencang.
Kondisi ini merupakan penyebab utama mengapa hujan masih sering turun meskipun musim kemarau sudah dimulai.
Selain itu, dinamika atmosfer juga dipengaruhi oleh keberadaan sirkulasi siklonik dan bibit siklon tropis yang masih terpantau di beberapa wilayah perairan Indonesia, seperti di Laut Arafura dan Samudra Hindia barat daya Bengkulu.
Sirkulasi ini memperkuat potensi pembentukan awan hujan di wilayah sekitarnya, sehingga menambah frekuensi hujan yang terjadi selama masa peralihan musim.
Durasi dan Intensitas Musim Kemarau 2025
BMKG memprediksi bahwa musim kemarau tahun 2025 akan datang bersamaan atau sedikit lebih lambat dari normalnya di sebagian besar wilayah Indonesia, termasuk Jawa Timur.
Puncak musim kemarau diperkirakan terjadi pada bulan Agustus dan musim kemarau ini diprediksi berlangsung lebih singkat dari biasanya di sekitar 43% wilayah Indonesia.
Akumulasi curah hujan selama musim kemarau diperkirakan tetap dalam kategori normal, tanpa kecenderungan menjadi lebih basah atau lebih kering secara signifikan.
Namun, pada awal Mei, curah hujan masih menunjukkan variasi yang cukup besar, dengan sekitar 45% wilayah mengalami curah hujan di bawah normal, 23% normal, dan 32% di atas normal.
Curah hujan ini didominasi oleh hujan ringan hingga sedang, dengan sebagian kecil wilayah mengalami hujan lebat.
Hal ini menunjukkan bahwa meskipun musim kemarau sudah dimulai, kondisi cuaca masih belum stabil sepenuhnya.
Kondisi Cuaca di Blitar: Masih Sering Hujan di Awal Mei
Blitar, yang terletak di Jawa Timur, termasuk dalam wilayah yang sebagian sudah memasuki musim kemarau pada awal Mei 2025.
Namun, seperti wilayah lain di Jawa Timur, Blitar juga masih mengalami hujan pada sore dan malam hari.
Hal ini sesuai dengan pola cuaca di wilayah Jawa Timur yang masih menunjukkan potensi hujan lokal akibat kondisi atmosfer yang labil selama masa peralihan musim.
Hujan yang terjadi di Blitar pada awal Mei bukanlah hal yang aneh mengingat fenomena atmosfer yang sedang berlangsung.
Meski demikian, masyarakat di Blitar dan sekitarnya perlu tetap waspada terhadap potensi hujan lebat dan cuaca ekstrem yang dapat terjadi secara tiba-tiba, terutama pada sore hingga malam hari.
BMKG juga mengimbau masyarakat untuk selalu memantau informasi cuaca terbaru agar dapat mengantisipasi perubahan cuaca yang cepat selama masa pancaroba ini.
Jika Anda sedang merencanakan untuk pergi liburan atau bepergian, penting untuk melakukan persiapan dengan matang agar perjalanan Anda berjalan lancar dan menyenangkan.
Merencanakan liburan memang memerlukan perhatian khusus, mulai dari memilih destinasi yang tepat hingga menyesuaikan dengan kondisi cuaca agar pengalaman yang didapatkan maksimal.
Salah satu destinasi wisata yang sangat cocok untuk dikunjungi dalam berbagai jenis cuaca adalah De Karanganjar Koffieplantage di Blitar, Jawa Timur.
Terletak di lereng Gunung Kelud pada ketinggian sekitar 475–650 meter, tempat ini menawarkan udara sejuk dan suasana yang nyaman sepanjang tahun, sehingga tidak terlalu terpengaruh oleh perubahan cuaca ekstrem.
Pengunjung dapat menikmati perjalanan menyelami sejarah panjang perkebunan kopi yang pernah dikelola oleh Belanda dan kini dikelola oleh keluarga Roeshadi selama tiga generasi.
Selain menikmati kopi robusta dan excelsa yang dihasilkan, pengunjung juga dapat belajar proses budidaya dan pengolahan kopi, serta menikmati suasana vintage yang kental dengan nuansa kolonial.
Segera agendakan kunjungan Anda!