Apakah Anda pernah membayangkan bagaimana sebuah tradisi panen kopi bisa menjadi panggung megah bagi berbagai kesenian tradisional yang memukau?
Di sinilah para seniman tradisional unjuk kebolehan, menampilkan kesenian yang memukau layaknya penampilan Indonesia Mencari Bakat versi tradisional.
Acara tahunan ini bukan sekadar seremoni biasa, melainkan sebuah pesta budaya yang menampilkan berbagai kesenian tradisional khas Jawa Timur, khususnya kesenian asli dari Desa Modangan seperti jaranan, kesenian warok, hingga tari remo.
Jaranan Pegon
Jaranan atau yang juga dikenal dengan nama kuda lumping adalah tarian tradisional yang sarat makna filosofis dan spiritual.
Dalam tradisi Manten Kopi, jaranan menggambarkan semangat perjuangan dan keberanian para prajurit pada masa kerajaan Jawa.
Penari jaranan diibaratkan sebagai prajurit yang menunggang kuda, simbol kekuatan, keberanian, dan kesetiaan yang harus dimiliki setiap manusia dalam menjalani kehidupan.
Kostum yang dikenakan para penari jaranan sangat khas dan penuh warna.
Mereka menggunakan kuda tiruan dari anyaman bambu yang disebut kuda kepang, dihias dengan ornamen warna-warni seperti kain batik, manik-manik, dan bulu-bulu yang mencolok.
Kostum prajurit yang dikenakan lengkap dengan ikat kepala dan pakaian tradisional Jawa yang memancarkan aura gagah dan berani.
Gerakan penari yang menirukan gerak kuda, seperti menghentak kaki, berlari, dan berputar, diiringi musik gamelan dan kendang yang dinamis, menciptakan suasana magis dan penuh semangat.
Selain sebagai hiburan, tarian jaranan juga memiliki unsur magis sehingga sering kali penari mengalami kesurupan (trance) yang dipercaya sebagai wujud komunikasi dengan leluhur dan roh pelindung.
Dalam pertunjukan, ada sosok gambuh atau pawang yang memandu dan menjaga keselamatan penari selama kesurupan berlangsung.
Kesenian Warok
Warok adalah tokoh budaya yang dikenal sebagai simbol keberanian, kekuatan spiritual, dan pelindung masyarakat, terutama di daerah Ponorogo dan sekitarnya.
Dalam tradisi manten kopi, penampilan warok membawa makna perlindungan dan keteguhan hati dalam menghadapi tantangan, termasuk dalam menjaga hasil panen kopi.
Kostum warok biasanya terdiri dari pakaian tradisional Jawa yang sederhana namun penuh makna, seperti kain jarik, ikat kepala, dan aksesori yang mencerminkan karakter warok yang kuat dan sakral.
Warok juga sering membawa senjata tradisional seperti keris atau tombak sebagai simbol keberanian dan kekuatan spiritual.
Gerakan tarian warok cenderung tegas dan penuh wibawa, diiringi musik gamelan dengan irama berat yang menambah kesan sakral dan khidmat.
Tari Remo
Tari Remo merupakan tarian penyambut yang berasal dari Jawa Timur, biasanya dibawakan oleh penari pria yang mengenakan kostum khas Jawa yang elegan dan berwarna cerah.
Kostum tari remo meliputi baju surjan (kemeja tradisional pria Jawa), celana panjang, dan ikat kepala yang disebut blangkon.
Beberapa penari juga mengenakan selempang dan aksesori lain yang memperindah penampilan.
Makna tari remo adalah simbol kegembiraan dan kehangatan dalam menyambut tamu atau perayaan penting, seperti panen kopi dalam tradisi manten kopi.
Gerakan tari remo sangat dinamis dan ekspresif, mengikuti irama musik gamelan yang cepat dan berubah-ubah.
Tarian ini menampilkan kelincahan dan spontanitas, mencerminkan semangat dan rasa syukur masyarakat atas hasil panen yang melimpah.
Musik dan Lagu Pengiring
Keberhasilan pertunjukan kesenian tradisional dalam Manten Kopi tidak lepas dari peran musik dan lagu pengiring yang khas.
Gamelan menjadi instrumen utama yang mengiringi jaranan, warok, dan tari remo.
Setiap jenis kesenian memiliki pola irama dan lagu yang berbeda, menyesuaikan dengan karakter dan makna yang ingin disampaikan.
Selain gamelan, alat musik tradisional seperti kendang, gong, dan suling juga digunakan untuk menambah warna dan kedalaman musik.
Lagu-lagu yang dinyanyikan berbahasa Jawa dengan lirik yang mengandung pesan moral, doa, dan harapan agar panen kopi selalu berlimpah dan kehidupan masyarakat sejahtera.
Tradisi Manten Kopi di De Karanganjar Koffieplantage bukan hanya sebuah ritual panen, melainkan sebuah panggung budaya yang menyatukan alam, manusia, dan seni dalam harmoni yang memukau.
Dengan latar belakang kebun kopi yang hijau dan udara pegunungan yang sejuk, pertunjukan kesenian tradisional ini menjadi pengalaman yang tak terlupakan bagi siapa saja yang menyaksikannya.
Para seniman muda, termasuk siswa SMK setempat yang telah menekuni dunia tari sejak kecil, turut berperan aktif dalam melestarikan dan menghidupkan kesenian ini.
Hal ini menunjukkan regenerasi budaya yang berjalan dengan baik dan menjanjikan kelestarian tradisi di masa depan.