Tahukah Anda rahasia umat Muslim di Blitar dalam menyambut bulan suci Ramadhan?
Mereka memiliki ‘ritual’ istimewa di bulan Syaban, mempersiapkan raga dan jiwa menghadapi tantangan Ramadhan.
Bukan hanya puasa sunah, namun juga tradisi unik yang mendekatkan diri kepada Sang Pencipta dan sesama.
Sya’ban, bulan kedelapan dalam kalender Hijriyah, adalah periode persiapan yang penuh makna bagi umat Islam.
Persiapan Diri Menyambut Ramadhan
Bulan Ramadhan adalah bulan yang istimewa bagi umat Islam.
Bulan ini adalah waktu yang tepat untuk meningkatkan kualitas ibadah, mendekatkan diri kepada Allah SWT, dan memperbaiki diri.
Berikut adalah beberapa persiapan yang bisa dilakukan untuk menyambut bulan Ramadhan:
• Puasa Sunnah: Melatih diri dengan berpuasa sunnah di bulan Sya’ban atau Rajab sebagai persiapan fisik dan mental. Puasa sunnah membantu tubuh beradaptasi dengan kebiasaan baru dan melatih kedisiplinan. Rasulullah SAW sering berpuasa di bulan Sya’ban.
• Memperbanyak Doa dan Dzikir: Memohon kepada Allah SWT untuk diberikan kekuatan dan kelancaran dalam menjalankan ibadah Ramadhan. Doa dan dzikir menjadi sumber kekuatan dan ketenangan.
• Memperkuat Iman: Meningkatkan keimanan dengan memperdalam ilmu agama. Hal ini dapat dilakukan dengan mengikuti kajian, seminar, atau membaca buku-buku tentang Islam.
• Membayar Utang Puasa: Bagi yang memiliki utang puasa dari tahun sebelumnya, segera membayar utang tersebut.
• Menjauhi Maksiat: Menjauhi segala perbuatan maksiat yang dapat mengurangi pahala puasa.
• Mempersiapkan Fisik: Menjaga kesehatan dan stamina tubuh dengan berolahraga dan mengonsumsi makanan bergizi.
• Mempersiapkan Mental: Mempersiapkan mental untuk menghadapi tantangan selama berpuasa. Persiapan mental membantu menjaga keteguhan dan kesabaran.
• Memperbanyak Membaca Al-Quran: Memahami makna dan kandungan Al-Quran serta meningkatkan keimanan.
• Mempersiapkan Peralatan Ibadah: Mempersiapkan peralatan ibadah seperti mukena, sajadah, dan Al-Quran.
• Menyucikan Niat: Niatkan puasa semata-mata karena Allah SWT.
Tradisi Bulan Sya’ban di Blitar: Harmoni Spiritual dan Budaya
1. Nyadran atau Ruwahan
Nyadran adalah tradisi ziarah kubur yang dilakukan oleh masyarakat Jawa, termasuk di Blitar, menjelang bulan Ramadhan.
Tradisi ini diperkirakan sudah ada sejak zaman kerajaan Majapahit, yang disebut dengan tradisi craddha.
Pada masa itu, tradisi ini dilakukan oleh umat Hindu-Buddha sebagai bentuk penghormatan kepada leluhur.
Setelah masuknya Islam, tradisi ini tetap dilestarikan dengan mengadaptasi nilai-nilai Islam, seperti membaca doa dan tahlil untuk para leluhur.
Gus Baha menjelaskan bahwa penyebutan “Ruwah” berasal dari kosakata Arab, yakni “arwah”.
Tradisi Nyadran memiliki beberapa manfaat, di antaranya:
• Sebagai bentuk bakti kepada leluhur yang telah meninggal dunia.
• Menjaga kebersihan dan kerapian makam sebagai bentuk penghormatan.
• Menjadi ajang pertemuan keluarga dan kerabat.
• Mengingatkan diri akan kematian dan pentingnya mempersiapkan bekal untuk akhirat.
2. Megengan
Megengan berasal dari kata “megeng” yang berarti menahan diri.
Tradisi ini merupakan simbol untuk mengingatkan umat Islam agar bersiap menahan diri dari segala sesuatu yang membatalkan puasa.
Megengan biasanya dilakukan dengan membuat apem, kue tradisional yang terbuat dari tepung beras dan gula.
Apem ini kemudian dibagikan kepada tetangga dan kerabat sebagai simbol permohonan maaf dan persiapan memasuki bulan puasa.
Tradisi Megengan memiliki beberapa manfaat, di antaranya:
• Sebagai pengingat untuk mempersiapkan diri menahan hawa nafsu selama bulan Ramadhan.
• Sebagai sarana untuk saling memaafkan antar sesama.
• Mempererat tali silaturahmi dengan berbagi makanan.
3. Selamatan Ruwah
Selamatan Ruwah adalah acara syukuran yang diadakan untuk menyambut bulan Ramadhan.
Acara ini biasanya diisi dengan doa bersama, ceramah agama, dan makan bersama.
Tradisi Selamatan Ruwah memiliki beberapa manfaat, di antaranya:
• Memohon keberkahan dari Allah SWT untuk kelancaran ibadah di bulan Ramadhan.
• Mendapatkan ilmu agama melalui ceramah.
• Mempererat tali persaudaraan dan kebersamaan antar warga.
4. Tradisi Baritan
Baritan merupakan tradisi turun temurun yang diwariskan oleh sesepuh masyarakat Jawa, utamanya di Blitar dan sekitarnya.
Kegiatan ini dilaksanakan dalam rangka tasyakuran dan ikhtiar untuk menolak bala serta malapetaka.
Baritan dilaksanakan di setiap perempatan jalan mulai ba’da Ashar hingga Isya dengan melantunkan tahlil dan doa-doa.
Masyarakat membawa ‘Takir Plontang’ yang berjumlah sesuai dengan banyaknya anggota keluarga di rumah.
Takir plontang merupakan nasi sepaket dengan lauk pauknya yang diwadahi dengan daun pisang.
Daun pisang tersebut dibentuk kotak lalu disatukan dengan dua ‘Sodo’ atau lidi, yang bermakna dua kalimat syahadat.
Setelah itu di atasnya dibalut dengan janur atau tunas baru daun kelapa.
Istilah janur bagi masyarakat jawa yakni ‘Sejatining Nur’ yang berarti cahaya sejati.
Warga mengumpulkan takir dalam satu tempat, kemudian melakukan doa bersama.
Setelah doa usai takir tersebut dibagikan secara acak kepada masyarakat, tidak boleh memilih dan harus diterima dengan senang hati.
Tradisi Baritan memiliki beberapa manfaat, di antaranya:
• Memohon keselamatan kepada Allah agar masyarakat sekitar terhindar dari musibah dan dilancarkan rezekinya.
• Wujud syukur atas segala nikmat yang telah diberikan oleh Allah SWT.
• Mempererat tali silaturahmi antar warga.
• Melestarikan budaya dan tradisi Jawa.
Mari kita jadikan bulan Syaban sebagai momentum untuk meningkatkan kualitas diri dan mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Semoga kita semua diberikan kekuatan dan keberkahan untuk menjalankan ibadah puasa di bulan Ramadhan dengan sebaik-baiknya.
Dan sebagai pelengkap persiapan menyambut bulan suci, De Karanganjar Koffieplantage, sebuah wisata perkebunan kopi bernuansa vintage di Blitar, akan hadir dengan jam operasional yang diperpanjang hingga malam hari, guna menemani waktu berbuka puasa Anda bersama orang terkasih.
Pastikan selalu mengikuti informasi yang up-to-date hanya di sosial media resmi De Karanganjar Koffieplantage.