Pernahkah Anda mendengar Gunung Batok?
Salah satu gunung yang terletak di Dusun Dawung, Desa Pagerwojo, Kecamatan Kesamben Kabupaten Blitar.
Namun, siapa sangka di puncak Gunung Batok terdapat jejak bersejarah berupa candi.
Lalu siapa yang membangun candi ini? Untuk tujuan apakah ia didirikan? Dan mengapa kini hanya menyisakan tumpukan batu yang menyimpan segudang teka-teki?
Lokasi dan Deskripsi Candi Selo Tumpuk
Sesuai dengan namanya, “Selo” dalam bahasa Jawa berarti batu, dan “Tumpuk” menggambarkan bentuknya yang seperti tumpukan batu.
Candi Selo Tumpuk terbuat dari batu andesit, material yang umum digunakan pada masa pembangunan candi di Indonesia.
Dimensi candi ini cukup kecil dibandingkan candi-candi lainnya.
Panjangnya hanya lima meter, lebar empat meter, dan tingginya sekitar 75 cm.
Bentuk bangunannya sudah tidak beraturan, menyerupai reruntuhan batu yang disusun rapi namun tidak lagi dalam bentuk aslinya.
Meski begitu, tumpukan batu ini tetap memancarkan aura keagungan dan sejarah yang mendalam.
Detail Arsitektur dan Ornamen
Di tengah-tengah Candi Selo Tumpuk terdapat bangunan berbentuk persegi dengan ukuran sisi 120 cm x 120 cm.
Bangunan ini menyerupai miniatur candi, lengkap dengan empat kepala Kala yang menghadap ke empat arah mata angin.
Kepala Kala, yang sering kali melambangkan penjaga dari kekuatan jahat, memiliki ukuran sisi 24 cm x 24 cm.
Kemuncak candi juga berbentuk persegi dengan ukuran sisi 40 cm, dihiasi dengan ornamen tumbuhan yang distilir.
Pada dinding bagian selatan, timur, dan barat candi, ditemukan fragmen batu pelipit, batu sudut, serta relief-relief dan ornamen yang tersusun tidak rapi.
Beberapa pelipit candi hanya dihiasi dengan motif tumbuhan yang distilir, menambah kesan artistik pada candi ini.
Dua relief yang menggambarkan tubuh manusia ditemukan di dinding selatan candi.
Relief ini memperlihatkan dua sosok manusia yang saling berhadapan, memberikan petunjuk bahwa candi ini mungkin memiliki fungsi spiritual atau ritual pada masanya.
Di dinding sebelah timur, terdapat relief tumbuhan yang distilir dan gambar tangan, yang semakin menambah teka-teki tentang asal-usul candi ini.
Kondisi Saat Ini
Sayangnya, kondisi Candi Selo Tumpuk saat ini tidak terlalu terawat.
Batuan candi mulai tergerus oleh waktu dan cuaca, sehingga mempercepat proses keruntuhannya.
Karena candi ini hanya berupa susunan batu yang ditumpuk, risiko kerusakan lebih besar dibandingkan candi yang konstruksinya lebih kokoh.
Minimnya informasi sejarah tentang candi ini menjadi tantangan tersendiri.
Tidak ada catatan pasti tentang kapan candi ini dibangun dan siapa yang menjadi arsiteknya.
Hal ini menambah aura misteri yang menyelimuti Candi Selo Tumpuk, sekaligus mengundang perhatian para peneliti dan pecinta sejarah untuk mengungkap lebih jauh tentang candi ini.
Meskipun dalam kondisi yang kurang terawat, Candi Selo Tumpuk tetap memiliki daya tarik yang memikat.
Lokasinya yang berada di puncak Gunung Batok memberikan pengalaman yang unik bagi para pendaki.
Dari puncak ini, pengunjung dapat menikmati pemandangan yang memukau, dengan latar belakang pegunungan dan langit yang luas.
Candi ini juga menjadi saksi bisu perjalanan waktu, menyimpan cerita-cerita yang mungkin tidak akan pernah terungkap sepenuhnya.
Keberadaan relief-relief dan ornamen yang sederhana namun artistik memberikan gambaran tentang kehidupan masa lalu, serta keyakinan dan tradisi yang mungkin pernah ada di kawasan ini.
Potensi Wisata dan Pelestarian
Sebagai salah satu peninggalan sejarah, Candi Selo Tumpuk memiliki potensi besar untuk dikembangkan sebagai destinasi wisata budaya dan edukasi.
Pemerintah daerah dan pihak terkait perlu memberikan perhatian lebih terhadap pelestarian candi ini.
Dengan perawatan yang tepat, Candi Selo Tumpuk dapat menjadi salah satu daya tarik utama di kawasan Gunung Batok.
Selain itu, pengembangan fasilitas pendukung seperti jalur pendakian yang aman, pusat informasi, dan pemandu wisata dapat meningkatkan minat wisatawan untuk mengunjungi candi ini.
Edukasi tentang pentingnya menjaga situs sejarah juga perlu ditanamkan kepada masyarakat dan pengunjung agar warisan budaya ini dapat dinikmati oleh generasi mendatang.
Jika di puncak Gunung Batok terdapat peninggalan sejarah berupa Candi Selo Tumpuk maka di Lereng Gunung Kelud terdapat Perkebunan Karanganjar.
Selain menikmati keindahan alam dan kesegaran udara pegunungan, pengunjung juga dapat belajar tentang proses pembuatan kopi secara tradisional, mencicipi berbagai jenis kopi berkualitas, dan menjelajahi bangunan-bangunan tua peninggalan kolonial.
Rasakan pengalaman unik berwisata sambil mempelajari sejarah perkebunan kopi tertua di Blitar.
Referensi:
Sedyawati, Edi, dkk. (2013). Candi Indonesia: Seri Jawa. Jakarta: Direktorat Pelestarian Cagar
Budaya dan Permuseuman, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.