Pernah bertanya-tanya kenapa Hari Raya Waisak selalu identik dengan Candi Borobudur?
Candi Borobudur adalah mahakarya arsitektur Buddha terbesar di dunia yang dibangun pada abad ke-8, menjadi saksi bisu perjalanan ajaran Sang Buddha yang menyebar ke Nusantara.
Hari Raya Waisak adalah hari suci umat Buddha yang memperingati tiga peristiwa penting dalam kehidupan Siddhartha Gautama, sang Buddha yang meliputi kelahiran, pencerahan, dan wafatnya (parinirvana).
Ketiga peristiwa ini dikenal sebagai Tri Suci Waisak dan dirayakan setiap tahun pada saat bulan purnama di bulan Waisak menurut kalender lunar Buddha.
Tahun 2025, Hari Raya Waisak jatuh pada Senin, 12 Mei 2025, bertepatan dengan tahun 2569 BE (Buddhist Era).
Pemerintah Indonesia menetapkan tanggal ini sebagai hari libur nasional dan memberikan cuti bersama pada Selasa, 13 Mei 2025, sehingga masyarakat dapat menikmati long weekend yang berdekatan dengan akhir pekan.
Tema utama Waisak 2025 adalah “Tingkatkan Pengendalian Diri dan Kebijaksanaan, Wujudkan Perdamaian Dunia.”
Tema ini mengajak umat Buddha dan masyarakat luas untuk merenungkan pentingnya pengendalian diri dan kebijaksanaan dalam mewujudkan dunia yang damai dan harmonis.
Pesan ini sangat relevan di tengah dinamika kehidupan modern yang penuh tantangan.
Perayaan dan Rangkaian Acara di Candi Borobudur
Candi Borobudur, Magelang, Jawa Tengah, kembali menjadi pusat perayaan Hari Raya Waisak Nasional 2025.
Rangkaian acara telah disiapkan dengan matang oleh Perwakilan Umat Buddha Indonesia (WALUBI) dan meliputi berbagai kegiatan religius dan sosial yang berlangsung sejak awal Mei hingga puncak acara pada 12 Mei.
Rangkaian Acara Utama:
• 4 Mei 2025: Karya bakti serentak di Taman Makam Pahlawan seluruh Indonesia sebagai penghormatan kepada para pahlawan bangsa.
• 10–11 Mei 2025: Bakti sosial berupa layanan pengobatan gratis di Zona 2 kawasan Candi Borobudur.
• 10 Mei 2025: Pengambilan Api Dharma dari Mrapen, Grobogan, serta ritual pensakralan di Candi Mendut.
• 11 Mei 2025: Pengambilan Air Berkah dari Umbul Jumprit, Temanggung, dan ritual pensakralan lanjutan di Candi Mendut.
• 12 Mei 2025 (Puncak Perayaan): Kirab Hari Raya Waisak dari Candi Mendut menuju Candi Borobudur, pelepasan lampion, peringatan detik-detik Waisak pada pukul 23.55.29 WIB, dan ritual pradaksina (berjalan mengelilingi Candi Borobudur sebanyak tiga kali) sebagai bentuk penghormatan spiritual.
Hal-Hal yang Identik dengan Hari Raya Waisak
Selain rangkaian acara utama, ada beberapa hal yang sangat identik dengan perayaan Waisak di Indonesia:
• Lampion: Pelepasan lampion ke langit malam sebagai simbol harapan, doa untuk kedamaian, kebahagiaan, dan kesejahteraan bagi semua makhluk.
• Bendera Buddha: Bendera dengan enam garis vertikal berwarna biru, kuning, merah, putih, dan oranye.
• Pakaian Putih: Umat Buddha dianjurkan untuk mengenakan pakaian putih sebagai simbol kemurnian.
• Bunga Lotus: Lilin berbentuk bunga lotus yang melambangkan mekarnya keindahan dari dunia yang berantakan.
• Pembersihan Patung Buddha: Membersihkan patung Buddha dengan air suci yang dicampur dengan bunga sebagai simbol pemurnian hati dan pikiran.
Tradisi Waisak di Indonesia
Perayaan Waisak di Indonesia diwarnai dengan berbagai tradisi unik yang mencerminkan nilai-nilai spiritual dan budaya:
• Pradaksina: Prosesi berjalan kaki dari Candi Mendut ke Candi Borobudur sambil melantunkan Parita Suci. Ini bukan hanya ziarah fisik, tetapi juga perjalanan batin menuju pencerahan.
• Pindapatta: Tradisi memberikan dana makanan atau kebutuhan pokok kepada para biksu oleh umat awam sebagai salah satu kesempatan berbuat kebajikan.
• Pengambilan Api Dharma dan Air Berkah: Pengambilan Api Dharma dari Mrapen, Grobogan, dan Air Berkah dari Umbul Jumprit, Temanggung, yang kemudian disemayamkan di Candi Mendut.
• Kirab Waisak: Prosesi penting yang menjadi simbol perjalanan batin dan kontemplasi. Kirab ini mengenang tiga peristiwa suci dalam kehidupan Sang Buddha: kelahiran, pencerahan, dan wafatnya.
• Meditasi: Umat Buddha melakukan perenungan diri dan kehidupan dengan tenang.
Makna Tri Suci Waisak
Perayaan Waisak bukan sekadar ritual, melainkan momen refleksi mendalam atas perjalanan spiritual Sang Buddha:
• Kelahiran: Mengingat kelahiran Pangeran Siddhartha di Lumbini, Nepal, yang menandai awal perjalanan menuju pencerahan.
• Pencerahan: Menghormati saat Siddhartha Gautama mencapai pencerahan sempurna di bawah pohon Bodhi.
• Parinirvana: Mengenang wafatnya Sang Buddha yang meninggalkan ajaran abadi bagi umat manusia.
Ketiga peristiwa ini mengajarkan nilai-nilai cinta kasih, pengendalian diri, kebijaksanaan, dan kedamaian batin yang menjadi fondasi kehidupan harmonis.
Pesan dan Harapan Waisak 2025
Hari Raya Waisak 2025 mengajak semua orang untuk meningkatkan kesadaran diri dan mengamalkan nilai-nilai Buddha dalam kehidupan sehari-hari.
Melalui pengendalian diri dan kebijaksanaan, diharapkan tercipta perdamaian dunia yang lebih nyata.
Ucapan selamat Waisak pun banyak beredar dengan pesan penuh cinta kasih dan harapan agar semua makhluk hidup berbahagia dan terbebas dari penderitaan.
Tidak hanya umat Buddha yang merayakan Hari Raya Waisak dengan penuh khidmat, masyarakat umum juga turut menikmati momen libur nasional dan cuti bersama yang jatuh pada Selasa, 13 Mei 2025, sehari setelah Hari Raya Waisak pada Senin, 12 Mei 2025.
Kebijakan cuti bersama ini memberikan kesempatan emas bagi banyak keluarga untuk menghabiskan waktu berkualitas bersama, memanfaatkan long weekend yang berdekatan dengan akhir pekan.
Salah satu destinasi yang mulai banyak diminati selama masa libur Waisak adalah De Karanganjar Koffieplantage, sebuah perkebunan kopi yang terletak di daerah lereng pegunungan dengan pemandangan asri dan udara sejuk.
Tempat ini menawarkan pengalaman wisata edukasi sekaligus rekreasi yang menyenangkan, cocok untuk keluarga yang ingin melepas penat sambil mengenal proses pengolahan kopi dari biji hingga menjadi minuman nikmat.