Kondangan ke nikahan orang sudah biasa, tapi bagaimana kalau kondangan ke nikahan kopi?
Di lereng Gunung Kelud, Blitar, Jawa Timur, sebuah tradisi unik dan penuh makna mengundang Anda untuk menyaksikan sebuah “pernikahan” yang tak biasa bukan antara manusia, melainkan sepasang biji kopi.
Tradisi ini dikenal dengan nama Manten Kopi di De Karanganjar Koffieplantage, sebuah ritual sakral yang memadukan sejarah kolonial, kearifan lokal, dan rasa syukur dalam setiap proses panen kopi.
De Karanganjar Koffieplantage, atau yang sering disebut Keboen Kopi Karanganjar, adalah salah satu perkebunan kopi tertua di Blitar, didirikan pada tahun 1874 oleh seorang warga Belanda bernama H.J. Velsink dan Hendrik Van Vredenberg, kemudian setelah di nasionalisasi dikelola oleh veteran perang kemerdekaan, Denny Roeshadi.
Hingga kini, De Karanganjar Koffieplantage telah dikelola oleh tiga generasi keluarga Roeshadi, termasuk Herry Noegroho (mantan Bupati Blitar) dan kini putranya, Wima Brahmantya.
Perkebunan ini terletak di Dusun Karanganyar, Desa Modangan, Kecamatan Nglegok, Kabupaten Blitar, di lereng Gunung Kelud pada ketinggian 475-650 meter di atas permukaan laut.
Sehingga menjadikannya lokasi ideal untuk menanam kopi robusta sebagai komoditas utama, serta sebagian kecil kopi excelsa dan pendamping seperti cengkeh dan durian.
Sejak tahun 2016, kebun kopi Karanganyar dibuka sebagai destinasi wisata dengan brand “De Karanganjar Koffieplantage” atau “Keboen Kopi Karanganjar”, menarik wisatawan dengan perpaduan sejarah dan budaya.
Pengunjung dapat menikmati berbagai atraksi seperti Koffie Boomstaart, Roemah Lodji, Museum Nugroho yang menyimpan koleksi pusaka dan lukisan seniman kawakan Nusantara, serta pabrik pengolahan kopi.
Di tengah kekayaan sejarah De Karanganjar, tradisi Manten Kopi menjadi salah satu daya tarik utama yang membedakannya.
Manten Kopi adalah sebuah tradisi selamatan yang diadakan menjelang musim panen raya kopi.
Ritual ini merupakan ungkapan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas hasil panen yang melimpah dan sebagai doa agar proses panen dan pengolahan kopi berjalan lancar.
Pada hari Minggu, 15 Juni 2025, tradisi ini digelar dengan suasana yang sakral.
Dalam tradisi ini, kopi diperlakukan layaknya sepasang pengantin.
Biji kopi “lanang” (laki-laki) dan “wadon” (perempuan) dipilih dari pohon kopi yang dianggap paling subur dan berkualitas tinggi.
Keduanya kemudian “dinikahkan” dan dibungkus dalam kain putih, melambangkan harapan akan keberkahan dan hasil yang melimpah bagi para petani dan pengelola kebun.
Rangkaian Upacara Manten Kopi:
1. Persiapan Sesaji
Ritual dimulai dengan persiapan sesaji lengkap berupa bunga, dupa, dan perlengkapan adat Jawa lainnya.
Sesaji ini diletakkan di sela pohon kopi yang paling lebat sebagai bentuk penghormatan kepada leluhur dan roh penjaga kebun.
2. Pemilihan Pengantin Kopi
Sesepuh atau tokoh adat memetik biji kopi “lanang” dan “wadon” secara simbolis.
Pemilihan dilakukan dengan sangat hati-hati, hanya biji kopi terbaik yang terpilih untuk menjadi “pengantin”.
3. Prosesi Pernikahan
Biji kopi yang telah terpilih dibungkus kain putih, kemudian diarak keliling kebun kopi dengan iringan musik gamelan Jawa dan kembar mayang.
Prosesi ini sangat mirip dengan arak-arakan pengantin dalam adat Jawa, melambangkan kesucian dan keberkahan.
4. Doa dan Kenduri
Puncak dari ritual ini adalah doa bersama yang dipimpin oleh sesepuh, memohon keselamatan, kelancaran panen, dan hasil yang berlimpah.
Setelah itu, diadakan kenduri atau selamatan sebagai wujud syukur dan berbagi berkah dengan masyarakat sekitar.
Tradisi Manten Kopi di De Karanganjar Koffieplantage bukan hanya seremonial belaka, melainkan simbol dari hubungan harmonis antara manusia dan alam.
Dengan melibatkan biji kopi sebagai “pengantin”, masyarakat menunjukkan rasa hormat dan penghargaan terhadap tanaman yang menjadi sumber penghidupan mereka.
Hal ini juga mencerminkan keyakinan bahwa kesuksesan panen tidak hanya ditentukan oleh usaha manusia, tetapi juga oleh restu alam dan leluhur.
Sebagai destinasi wisata edukatif, De Karanganjar juga menawarkan tur edukatif tentang proses pembuatan kopi dari hulu ke hilir, mulai dari pemetikan buah hingga pengolahan menjadi kopi siap saji.
Pengunjung juga bisa menikmati tur ATV keliling perkebunan, mengunjungi museum sejarah kolonial Belanda, dan mencicipi kopi khas di kafe OG yang berdesain nuansa kolonial, lengkap dengan staf yang mengenakan pakaian ala tuan Belanda.