Bagi para pecinta alam, Blitar merupakan salah satu surga untuk dijelajahi keindahannya.
Beragam keindahan alam dapat dijumpai pada destinasi wisata perkebunan, wisata laut, wisata pegunungan, hingga wisata alam bawah tanah yang menantang.
Blitar sendiri dikenal sebagai daerah yang strategis dengan perkembangan yang cukup dinamis.
Sungai Brantas mengalir melalui wilayah Kabupaten Blitar, membagi daerah ini menjadi dua bagian.
Blitar Selatan memiliki luas wilayah sebesar 689,85 km², sementara Blitar Utara memiliki luas yang lebih besar, yaitu 898,94 km².
Goa umbul tuk merupakan salah satu primadona tersembunyi yang keberadaannya ditemukan puluhan tahun silam.
Goa ini berada di  Desa Tumpakkepuh, Kecamatan Bakung, Kabupaten Blitar.
Untuk mencapai Desa Tumpakkepuh melalui jalur darat, akses jalannya sudah sangat memadai. Kondisi jalan sebagian besar sudah beraspal, meskipun masih ada beberapa bagian yang menggunakan cor beton.
Namun, tidak tersedia transportasi umum menuju Desa Tumpakkepuh, sehingga disarankan untuk menggunakan kendaraan pribadi.
Selama perjalanan menuju Desa Tumpakkepuh, kita akan disuguhi pemandangan kebun tebu yang luas dan hutan yang tampak sangat subur.
Selain keindahan alamnya, Goa Umbul Tuk juga memiliki sisi historis yang menarik untuk dikaji.
Tentu sudah menjadi informasi umum, bahwa Goa Umbul Tuk merupakan bekas tempat persembunyian PKI pada tahun 1966 silam.
Kisah kelam PKI sendiri berawal dari peristiwa PKI Madiun pada tahun 1948 dan memuncak dengan tragedi PKI 1965 yang merenggut banyak nyawa.
Sisa-sisa anggota PKI yang lolos dari buronan militer mencari tempat aman dan akhirnya tiba di Blitar Selatan.
Daerah ini dipilih karena tebing-tebing dan daratan curamnya sulit dijangkau oleh militer.
Goa Umbul Tuk, yang terletak di tengah hutan dengan akses jalan yang sulit, menjadi salah satu tempat persembunyian mereka.
Mereka menutupi pintu goa dengan batu, meninggalkan lubang kecil di bawah air sebagai jalan masuk, sehingga merasa aman bersembunyi di sana.
Pada tahun 1965, menurut cerita Pak Tugiman, akses ke Goa Umbul Tuk masih berupa jalan setapak, dan saat itu goa tersebut belum diketahui keberadaannya.
Pak Tugiman merupakan seorang veteran TNI yang menjadi kepala desa pertama di Tumpakkepuh sejak 1979, mencurigai sebuah tempat yang penuh dengan batu seperti benteng namun mengeluarkan air seperti sumber air.
Setelah bermusyawarah dengan warga, mereka bergotong royong memindahkan batu-batu tersebut dan menemukan pintu goa yang ternyata di bawahnya mengalir sungai deras.
Pada tahun 1979, Pak Tugiman bersama perangkat desa, warga, dan bantuan TNI, dengan alat penerangan sederhana, memasuki goa dan menemukan berbagai barang modern seperti pakaian, peralatan masak, mesin ketik, dan alat elektronik, serta tulang manusia yang dikubur di lumpur sungai.
Temuan ini menunjukkan bahwa goa tersebut bukan peninggalan prasejarah. Barang-barang yang ditemukan diambil oleh TNI sebagai bukti.
Pada tahun 1984, goa tersebut diresmikan sebagai tempat wisata dengan nama Goa Embul Tuk, yang merupakan singkatan dari “Ekonomi Maju Berkat Usaha Lurah Tugiman,” dan awalnya dijadikan wisata sejarah.
Selain, terdapat mitos tentang air yang mengalir di sungai dalam Goa Umbul Tuk.
Di dalam goa, terdapat batu “sumber tirto widodo” dengan sumber air di atasnya dan bendungan di bawahnya.
Dipercaya bahwa siapa pun yang ingin mandi di sana harus ditemani pemandu wisata dan mandi tepat di bawah batu tersebut untuk mendapatkan manfaat awet muda dan kesehatan.
Keberadaan Perkebunan Karanganjar di Desa Modangan tak lepas dari sejarah kelam terkait peristiwa PKI di tahun 1965.
Desa Modangan, khususnya wilayah di sekitar perkebunan menjadi saksi bisu kekejaman PKI yang merenggut nyawa banyak masyarakat.
Tragedi penculikan dan pembunuhan sadis meninggalkan luka mendalam bagi para korban dan keluarga.
Peristiwa ini menjadi refleksi penting bagi kita semua. Bahwa kekerasan dan perpecahan tidak pernah membawa solusi.
Kita harus belajar dari masa lalu dan menjaga persatuan bangsa.
Toleransi dan saling menghormati antar sesama menjadi kunci untuk mencegah terulangnya tragedi serupa.