Bayangkan sebuah negeri dengan ribuan pulau yang menyimpan kekayaan budaya tiada tara.
Indonesia, dengan lebih dari 17.000 pulau dan ratusan suku bangsa, adalah simfoni perbedaan yang berpadu dalam harmoni yang memukau.
Di balik tradisi dan ritus, tersembunyi cerita-cerita menakjubkan yang membentuk jati diri bangsa.
Mari kita menyingkap tabir waktu dan mengunjungi Candi Penataran, sebuah monumen yang tidak hanya indah secara arsitektur, tetapi juga penuh misteri dan makna mendalam.
Candi ini bukan sekedar tumpukan batu, melainkan simbol keberagaman yang hidup.
Melalui pendidikan multikultural, kita dapat mengajak generasi muda menjelajahi jejak-jejak sejarah, menggali makna di balik setiap relief, dan menghayati kekayaan budaya Indonesia.
Siapkah Anda membuka lembaran baru dan menemukan rahasia Candi Penataran?
Dalam budaya Indonesia yang pluralistik, keragaman menjadi aksentuasi penting dalam setiap pembahasan mengenai kehidupan bernegara dan cara hidup antar etnis.
Budaya pluralistik di Indonesia tidak hanya mencakup keragaman suku dan masyarakat etnis, tetapi juga melibatkan faktor-faktor seperti kemajuan moneter, inovasi, dan asosiasi sosial-politik.
Oleh karena itu, pendidikan multikultural memiliki peran krusial dalam membentuk pemahaman generasi muda bahwa negara kita adalah kaya akan budaya.
Pendidikan multikultural sendiri adalah pendekatan pendidikan yang menekankan pentingnya menghargai heterogenitas baik suku, budaya, etnis, dan lain sebagainya.
Dalam pendidikan ini, semua siswa diberikan kesempatan yang sama dan setara, tanpa memandang perbedaan jenis budaya, ras, suku, agama, bahasa, atau latar belakang sosial yang mereka miliki
Salah satu contoh peninggalan budaya yang mencerminkan keragaman adalah Candi Penataran.
Candi ini merupakan salah satu bangunan kuno yang memiliki nilai keberagaman budaya yang tinggi.
Pada masa lalu, masyarakat di sekitar candi beragama Hindu, namun seiring waktu, beberapa tempat di Jawa beralih ke Islam.
Terdapat makam ulama yang dikuburkan di sekitar Candi Penataran, seperti Waliullah Syekh Subakir.
Saat ini, petilasan beliau terletak di utara Museum Penataran, dan di sekitarnya terdapat masjid dan makam Syekh Subakir.
Candi Penataran, yang juga dikenal dengan nama Candi Palah, merupakan gugusan candi yang memiliki sifat keagamaan Hindu Siwaitis.
Lokasinya berada di Desa Penataran, Kecamatan Nglegok, Kabupaten Blitar, Jawa Timur.
Pada zaman dahulu, masyarakat mempercayai adat-istiadat dan memiliki kepercayaan yang berhubungan dengan hal-hal mistis.
Namun, saat ini kita melihat cerita-cerita dari daerah setempat yang tidak selalu sesuai dengan alasan.
Meskipun zaman sudah modern, kebiasaan-kebiasaan lama masih dilestarikan, seperti adat “Nyadran” yang semata-mata dilakukan untuk hiburan.
Pendidikan multikultural dapat membantu generasi muda memahami dan menghayati keragaman budaya.
Guru dapat memberikan wawasan sejarah kehidupan manusia Indonesia, terutama masyarakat di sekitar Candi Penataran.
Melalui kunjungan ke situs peninggalan atau wisata edukasi, siswa dapat lebih memahami dan menghayati makna yang tersirat dari peninggalan candi tersebut.
Sebagai tambahan yang menarik dalam perjalanan edukatif Anda di Nglegok, jangan lewatkan untuk mengunjungi De Karanganjar Koffieplantage.
Perkebunan kopi yang bersejarah ini tidak hanya menawarkan pemandangan alam yang menakjubkan, tetapi juga memberikan wawasan mendalam tentang warisan agrikultur lokal.
Di sini, Anda bisa belajar tentang proses pengolahan kopi dari biji hingga cangkir sambil menikmati aroma kopi yang khas.
Lebih dari itu, destinasi ini juga memiliki Museum Noegroho yang memamerkan batik khas Blitar.
Melalui koleksi batik yang memukau, museum ini mengajak Anda untuk menyelami keindahan dan keragaman budaya Blitar yang memiliki nilai multikulturalisme.
Tempat ini sempurna untuk melengkapi perjalanan Anda yang penuh inspirasi dan pengetahuan.
Siapkan diri Anda untuk sebuah petualangan yang tidak hanya memanjakan mata dan lidah, tetapi juga memperkaya jiwa dengan keberagaman budaya yang luar biasa.