Di balik keindahan alam dan ketenangan kota Blitar, terdapat banyak misteri dan fakta menarik yang menunggu untuk diungkap.
Bayangkan sejenak, saat matahari terbenam, siluet Candi Penataran yang megah terlihat di kejauhan, seolah-olah menyimpan rahasia ribuan tahun.
Bayangkan juga, bagaimana pesona Blitar mampu membuat jatuh cinta bukan hanya penduduknya tetapi juga masyarakat dunia.
Namun, apa yang sebenarnya membuat Blitar begitu istimewa?
Menurut legenda, nama Blitar berasal dari ungkapan “bali dadi latar,” yang berarti kembali menjadi halaman.
Hal itu diungkapkan oleh Prabu Mahesa Sura saat meregang nyawa di sumur yang dibuatnya sebagai mahar untuk Dewi Kilaswara.
Sejarah mencatat bahwa Blitar pernah dikuasai oleh bangsa Tartar dari Asia Timur sebelum akhirnya dikuasai oleh Kerajaan Majapahit.
Kerajaan ini mengutus Nilasuwarna untuk mengusir bangsa Tartar dan memberikan gelar Adipati Aryo Blitar I kepada beliau.
Seiring berjalannya waktu, Blitar mengalami banyak perubahan, termasuk statusnya sebagai “gemeente” pada tahun 1906 dan sebutan Blitar-shi pada masa pendudukan Jepang.
Kota ini kemudian juga dikenal sebagai Kota Patria karena perannya dalam sejarah Indonesia, terutama terkait dengan perjuangan kemerdekaan.
Tidak heran jika banyak kalangan baik akademisi maupun non-akademisi yang tertarik untuk menelusuri jejak sejarah dari masa ke masa yang ada di Blitar.
Perpustakaan Universitas Leiden melalui Koninklijk Instituut voor Taal-, Land- en Volkenkunde (KITLV) menunjukkan ketertarikannya terhadap sejarah dan budaya Kabupaten Blitar.
Ketertarikan ini dibuktikan dengan kunjungan KITLV Indonesia, yang berkantor di Jakarta, ke Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kabupaten Blitar pada Rabu, 25 Januari 2023.
Tujuan kunjungan ini adalah untuk mengumpulkan literatur terkait sejarah dan kebudayaan Blitar yang nantinya akan disimpan di Perpustakaan Universitas Leiden di Belanda.
Dalam kunjungan tersebut, Kepala Disbudpar Kabupaten Blitar, Suhendro Winarso, memberikan sejumlah buku yang berkaitan dengan budaya dan sejarah Kabupaten Blitar, termasuk di antaranya Buku Pokok-pokok Kebudayaan Kabupaten Blitar, Katalog Museum Penataran, dan Buku Bunga Rampai Festival Kresnayana.
Menurut Suhendro, literatur tersebut diharapkan dapat memperkaya bahan penelitian KITLV sekaligus memperkenalkan sejarah dan budaya Blitar kepada khalayak yang lebih luas.
Suhendro menyambut baik kunjungan ini, menganggapnya sebagai kesempatan untuk menjalin kerja sama dengan KITLV dalam bentuk kolaborasi pengembangan karya tulis seperti jurnal, buku, atau artikel.
Sebagai daerah yang mengusung citra “Blitar Land of Kings”, Blitar memang dikenal sebagai wilayah yang kaya akan situs sejarah, termasuk 12 dari 36 candi yang ada di Jawa Timur serta 20 situs cagar budaya yang terawat.
Dini Aryani, perwakilan Staf Metadata KITLV Jakarta, menyampaikan bahwa tujuan kunjungan mereka adalah untuk mengumpulkan berbagai bahan pustaka mengenai Blitar.
Koleksi dari Disbudpar akan diolah menjadi data bibliografi dan dapat diakses secara luas melalui Online Public Access Catalog (OPAC) Perpustakaan Universitas Leiden.
Dini menjelaskan bahwa KITLV Leiden memiliki fokus utama pada literasi tentang Asia Tenggara dalam bidang humaniora dan ilmu sosial.
Kendati demikian, karena menghormati hak cipta, fisik buku tidak akan didigitalkan melainkan akan disimpan dan diarsipkan di perpustakaan untuk dapat dibaca langsung di Belanda.
Lalu Mengapa Budaya Blitar Menarik untuk Diteliti?
Budaya Blitar menawarkan banyak hal menarik untuk diteliti karena:
- Keberagaman Budaya: Kombinasi antara tradisi lokal dengan pengaruh luar menciptakan kekayaan budaya yang unik.
- Warisan Sejarah: Banyak situs bersejarah di Blitar memberikan wawasan tentang perjalanan sejarah Indonesia.
- Kreativitas Kontemporer: Perkembangan seni modern di Blitar menunjukkan bagaimana masyarakat menghargai tradisi sambil beradaptasi dengan zaman.
Dari tarian tradisional hingga kuliner khasnya, setiap aspek budaya di sini menceritakan kisah perjuangan dan keberagaman masyarakatnya.
Dengan dukungan lembaga seperti Leiden KITLV, penelitian tentang budaya Blitar dapat terus berkembang, memberikan wawasan baru tentang bagaimana warisan ini dapat dilestarikan untuk generasi mendatang.
Melalui pemahaman yang lebih baik tentang budaya lokal, kita tidak hanya menghargai warisan nenek moyang kita tetapi juga memperkuat identitas kita sebagai bangsa yang kaya akan keberagaman.
Sebagai salah satu warisan peninggalan Belanda, De Karanganjar Koffieplantage tidak hanya menawarkan pengalaman menikmati kopi berkualitas, tetapi juga membuka peluang besar untuk penelitian dan pembelajaran sejarah.
Keberadaannya sebagai situs kolonial yang terawat dengan baik menjadikannya tempat yang ideal untuk menggali lebih dalam sejarah kolonialisme dan budaya Blitar.
Bagi para pelajar, peneliti, maupun pecinta sejarah, De Karanganjar Koffieplantage adalah sumber pengetahuan yang berharga dan jendela menuju masa lalu yang kaya akan cerita dan makna.