Jika dalam Islam, hari Jumat dikenal sebagai momen penting untuk melaksanakan sholat Jumat, maka bagi umat Kristiani, Jumat Agung adalah hari yang sarat makna dan penuh kesakralan.
Mengapa hari yang penuh dengan penderitaan ini disebut “agung”?
Dan apa yang membuatnya menjadi titik balik paling monumental dalam perjalanan iman Kristen?
Sejarah Jumat Agung
Jumat Agung adalah hari Jumat sebelum Minggu Paskah, yang diperingati sebagai hari wafatnya Yesus Kristus di kayu salib di Bukit Golgota, Yerusalem.
Meskipun Alkitab tidak secara eksplisit mencatat tanggal kematian Yesus, mayoritas ilmuwan dan sejarawan menempatkan peristiwa ini pada hari Jumat, sekitar tahun 33 Masehi.
Peristiwa ini terjadi setelah pengkhianatan Yudas Iskariot pada malam Perjamuan Terakhir (Kamis Putih), di mana Yesus ditangkap, diadili oleh otoritas Romawi, dan akhirnya dijatuhi hukuman mati dengan cara disalib.
Yesus mengalami penderitaan yang sangat berat sebelum wafat, mulai dari disiksa dengan cambuk, dipakaikan mahkota duri yang menyakitkan, hingga dipaku di kayu salib sambil menerima hinaan dari banyak orang.
Namun, bagi umat Kristiani, kematian Yesus bukanlah akhir dari segalanya.
Justru, kematian-Nya dianggap sebagai pengorbanan terbesar yang menebus dosa umat manusia dan membuka jalan bagi kebangkitan dan keselamatan.
Istilah “Jumat Agung” sendiri memiliki makna yang dalam.
Kata “Agung” bukanlah untuk menandai kesedihan atau duka semata, melainkan untuk menegaskan betapa besar dan mulianya pengorbanan Yesus demi umat manusia.
Dalam beberapa tradisi Kristen, hari ini juga dikenal sebagai “Jumat Suci” atau “Jumat Hitam” (Good Friday atau Karfreitag dalam bahasa Jerman), yang menandai puncak penderitaan Yesus sekaligus puncak kasih Allah bagi dunia.
Tradisi Jumat Agung
Setiap tahun, umat Kristiani di berbagai belahan dunia menjalankan tradisi khusus pada Jumat Agung untuk mengenang dan merenungkan penderitaan Yesus.
Berikut adalah beberapa tradisi yang umum dilakukan:
• Ibadah Jalan Salib (Via Crucis)
Merupakan prosesi yang menggambarkan perjalanan Yesus membawa salib menuju tempat penyaliban. Umat mengikuti 14 stasi atau perhentian yang menceritakan peristiwa-peristiwa penting selama penderitaan Yesus.
• Puasa dan Pantang
Banyak umat yang menjalankan puasa dan menahan diri dari makanan tertentu sebagai bentuk penghormatan dan solidaritas terhadap penderitaan Kristus.
• Liturgi Khusus di Gereja
Pada Jumat Agung, gereja biasanya mengadakan ibadah yang penuh khidmat dengan suasana hening dan tanpa perayaan Ekaristi. Dekorasi gereja seringkali disederhanakan atau ditiadakan untuk menciptakan suasana duka dan perenungan.
• Penghormatan Salib
Umat diberi kesempatan untuk menghormati salib sebagai simbol pengorbanan Yesus, baik dengan mencium salib maupun berdoa di depannya.
Tradisi-tradisi ini tidak hanya untuk memperingati sejarah, tetapi juga mengajak umat untuk merenungkan nilai-nilai kasih, pengampunan, dan pengorbanan dalam kehidupan sehari-hari.
Perayaan Jumat Agung di Blitar
Pada Jumat Agung 11 April 2025, Kepolisian Resor Blitar menerjunkan 215 personel yang disiagakan sejak pagi hari untuk mengamankan gereja-gereja dan lokasi ibadah lainnya di wilayah Kabupaten Blitar.
Pengamanan ini dilakukan secara terbuka dan didukung dengan patroli berkala guna mengantisipasi potensi gangguan keamanan dan ketertiban masyarakat.
Sinergi antara Polres Blitar, TNI, pemerintah daerah, serta tokoh-tokoh agama setempat menjadi kunci utama terciptanya suasana damai dan kondusif selama perayaan Jumat Agung.
Kapolres Blitar AKBP Arif Fazlurrahman menegaskan komitmen pihaknya untuk memberikan pelayanan terbaik agar umat Kristiani dapat menjalankan ibadah dengan penuh kekhusyukan tanpa rasa khawatir.
Kehadiran aparat keamanan ini juga mendapat apresiasi dari jemaat yang merasa lebih tenang dan nyaman saat beribadah di gereja-gereja utama seperti Gereja Santo Yoseph, Kanigoro.
Makna Jumat Agung bagi Umat Kristiani
Jumat Agung bukan sekadar hari mengenang kematian Yesus, melainkan inti dari keseluruhan perayaan Paskah.
Tanpa kematian Yesus, tidak akan ada kebangkitan yang menjadi simbol kemenangan atas dosa dan kematian.
Hari ini mengajarkan umat tentang:
• Kasih yang Tak Terbatas: Yesus rela menanggung penderitaan dan kematian demi menyelamatkan manusia dari dosa.
• Pengorbanan dan Kerendahan Hati: Mengingatkan akan pentingnya sikap rendah hati dan rela berkorban untuk sesama.
• Pengampunan: Yesus berdoa agar Allah mengampuni mereka yang menyiksa-Nya, mencontohkan kasih yang melampaui kebencian.
• Harapan dan Kebangkitan: Jumat Agung adalah pintu menuju Minggu Paskah, hari kebangkitan yang membawa harapan baru bagi umat Kristiani.
Jika disimpulkan, Pada masa kolonial Belanda, agama Kristen, khususnya Katolik dan Protestan, berkembang seiring dengan aktivitas misi yang didukung oleh pemerintahan kolonial.
Gereja-gereja dibangun sebagai pusat ibadah dan komunitas Kristen, termasuk di daerah-daerah seperti Blitar.
Jumat Agung sebagai hari peringatan wafatnya Yesus Kristus diperingati dengan liturgi yang khidmat, meliputi ibadah jalan salib, puasa, doa, dan penghormatan salib, mengikuti tradisi Katolik Roma yang ketat.
De Karanganjar Koffieplantage, sebuah perkebunan kopi yang berada di wilayah sekitar Blitar, merupakan bagian dari sistem ekonomi kolonial yang dikelola oleh Belanda.
Perkebunan ini tidak hanya menjadi pusat produksi kopi yang penting, tetapi juga menjadi tempat tinggal dan kerja bagi banyak pribumi serta pekerja dari berbagai latar belakang.
Dalam lingkungan perkebunan seperti ini, perayaan Jumat Agung menjadi salah satu momen penting bagi komunitas Kristen, terutama bagi para pekerja dan penduduk yang memeluk agama Kristen.