Bagaimana jika Anda bisa menikmati pemandangan pantai yang menakjubkan sekaligus menyaksikan ritual tradisional yang autentik?
Kabupaten Blitar menawarkan pengalaman wisata yang memadukan keindahan alam dengan kekayaan budaya pada sekitaran pesisir samudra Hindia.
Beberapa hal yang sudah dilakukan oleh para stakeholder pariwisata dalam upaya untuk mengembangkan destinasi pariwisata pantai guna menarik wisatawan yakni mempertahankan khas ritual budaya Petik Laut dan Larung Sesaji yang rutin dilaksanakan setiap bulan Muharram atau bulan Suro.
Bulan Suro merupakan momen istimewa bagi masyarakat nelayan di Pantai Jolosutro, Desa Ringinrejo, Kecamatan Wates, Kabupaten Blitar.
Pantai Jolosutro, yang terletak sekitar 45 km dari kota Blitar ini merupakan salah satu destinasi pantai yang terkenal di kawasan Laut Pantai Selatan.
Keindahan pantai dengan ombak besar dan pasir hitamnya menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan.
Namun, wisatawan diingatkan untuk tidak berenang di pantai ini karena arusnya yang kuat dan berbahaya.
Jalur menuju Pantai Jolosutro cukup menantang, melalui jalur Lodoyo via Panggungrejo dan Binangun, namun semua perjuangan akan terbayar saat melihat panorama indah sepanjang perjalanan.
Pada bulan ini, masyarakat nelayan Jolosutro menggelar acara Petik Laut sebagai ungkapan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rezeki dari laut.
Tujuan utama dari upacara ini adalah memohon keselamatan dan hasil laut yang melimpah serta dihindarkan dari malapetaka selama melaut.
Tradisi ini tidak hanya melibatkan ritual adat, tetapi juga menjadi ajang silaturahmi dan mempererat tali persaudaraan antar nelayan.
Pada pagi hari Kamis, 18 Juli 2024, suasana Pantai Jolosutro dipenuhi oleh ratusan orang yang berkumpul untuk menyaksikan dan turut serta dalam upacara Petik Laut.
Bupati Blitar, Rini Syarifah, bersama Ketua Dekranasda, Abah Zen, turut hadir dalam acara tersebut.
Dalam sambutannya, Bupati Rini menyampaikan bahwa acara ini menandai dimulainya musim tangkap ikan di laut bagi para nelayan.
Ia berharap acara ini membawa manfaat bagi semua, terutama para nelayan, dan mendoakan agar mereka selalu diberi kesehatan dan kelancaran dalam mencari rezeki di laut sambil tetap berhati-hati dan waspada.
Abah Zen juga memberikan apresiasi terhadap pelaksanaan tradisi Petik Laut ini.
Menurutnya, acara ini tidak hanya menjadi bentuk rasa syukur tetapi juga sarana untuk melestarikan budaya lokal yang sangat berharga.
Pelaksanaan Petik Laut di Pantai Jolosutro mencakup berbagai prosesi adat, termasuk larung sesaji ke laut.
Sesaji yang terdiri dari berbagai hasil bumi dan makanan khas daerah setempat dilarungkan sebagai simbol persembahan kepada Tuhan yang telah memberikan berkah laut yang melimpah.
Prosesi larung sesaji merupakan inti dari upacara Petik Laut dan bentuk penghormatan masyarakat nelayan kepada laut yang telah memberi mereka kehidupan.
Keunikan dari Pantai Jolosutro tidak hanya pada keindahan alamnya, tetapi juga pada kearifan lokal yang tercermin dalam tradisi Petik Laut.
Upacara ini telah berlangsung selama bertahun-tahun dan tetap lestari meskipun zaman telah berubah.
Masyarakat nelayan tetap mempertahankan tradisi ini karena memiliki manfaat dan nilai yang sangat penting dalam kehidupan masyarakat, seperti gotong royong, sosial, estetika, dan religi.
Dengan adanya upacara Petik Laut, diharapkan kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga kelestarian laut semakin meningkat.
Laut bukan hanya sumber kehidupan, tetapi juga bagian dari budaya yang harus dijaga dan dilestarikan.
Acara Petik Laut di Pantai Jolosutro diakhiri dengan doa bersama dan harapan agar tahun ini para nelayan mendapatkan hasil laut yang melimpah dan dijauhkan dari segala bahaya.
Pantai Jolosutro dan tradisi Petik Lautnya tidak hanya menjadi kebanggaan masyarakat Blitar tetapi juga menjadi daya tarik wisata yang memiliki nilai budaya tinggi.
Dengan menjaga dan melestarikan tradisi ini, masyarakat nelayan Pantai Jolosutro menunjukkan bahwa kearifan lokal dapat berjalan berdampingan dengan perkembangan zaman, tetap relevan, dan memberikan manfaat bagi kehidupan modern.
Selain tradisi Petik Laut, pariwisata berbasis budaya lokal di Kabupaten Blitar juga dapat dijumpai dalam acara “ Kopi Perdamaian de Karanganjar.”
Event ini akan dilaksanakan pada hari Minggu, 28 Juli 2024, di area Vredestuin de Karanganjar Koffieplantage.
Acara ini menjadi magnet bagi para pecinta kopi dan budaya, di mana pengunjung dapat merasakan kehangatan dan keindahan tradisi lokal sembari menikmati secangkir kopi khas Blitar.
Selain itu, acara ini juga menyuguhkan beragam kegiatan budaya, seperti pertunjukan seni tari, musik tradisional, dan pameran kerajinan tangan, yang memperkaya pengalaman wisatawan akan kekayaan budaya Blitar.
Kopi Perdamaian de Karanganjar bukan hanya sekadar festival kopi biasa, melainkan sebuah perayaan yang mengedepankan semangat kebersamaan dan perdamaian.
Di tengah hamparan kebun kopi yang asri, pengunjung dapat mengikuti workshop tentang proses pengolahan kopi, dari biji hingga menjadi minuman yang siap dinikmati.
Selain itu, acara ini juga menyediakan berbagai stan kuliner lokal yang menyajikan hidangan khas Blitar, menjadikannya kesempatan emas untuk mencicipi kelezatan kuliner setempat.
Dengan atmosfer yang penuh kekeluargaan dan harmonis, acara ini diharapkan dapat memperkuat ikatan antar masyarakat dan mempromosikan Blitar sebagai destinasi wisata budaya yang kaya dan beragam.