Apakah Anda termasuk pecinta barang antik yang penuh nilai sejarah, atau justru terpesona oleh keindahan seni ukir sekaligus makna filosofis yang tersemat dalam sebilah keris?
Jika demikian, Anda akan terpesona oleh kekayaan budaya yang terdapat dalam koleksi keris dari berbagai penjuru Nusantara yang masih tersimpan dengan baik di beberapa museum keris hingga kini.
Keris sebagai senjata sekaligus benda spiritual dianggap memiliki kekuatan magis oleh sebagian besar masyarakat Indonesia, terutama masyarakat Jawa. Tidak hanya sebagai benda antik yang memikat, namun keris juga menyimpan cerita-cerita epik dari masa lalu, sekaligus mencerminkan kepiawaian tangan-tangan para empu yang terampil mengukirnya.
Dilansir dari laman website UNESCO, keris pada tahun 2008 resmi ditetapkan dalam daftar representatif Warisan Budaya Takbenda Kemanusiaan yang sudah dicanangkan pada tahun 2005. Selain itu, keris yang paling awal juga diketahui berasal dari abad ke-10 dan kemungkinan besar menyebar dari pulau Jawa ke seluruh Asia Tenggara.
Dalam artikel ini, Anda akan diberikan informasi beberapa museum terkemuka di nusantara yang memamerkan koleksi keris yang luar biasa di masing-masing daerah yang berbeda.
- Museum Noegroho
Museum Noegroho terletak di De Karanganjar Koffieplantage dan menjadi destinasi paling berkesan bagi pengunjung karena aura magis yang kuat dari beberapa koleksi pusaka di dalamnya.
Koleksi keris yang terdapat di Museum Noegroho menjadi satu-satunya koleksi terlengkap di Blitar Raya karena merupakan warisan para leluhur dari keluarga Roeshadi, selaku pengelola perkebunan kopi De Karanganjar.
Selain keris, terdapat satu pusaka penting di Museum Noegroho yaitu Gong Mbah Gimbal, peninggalan RM. Djojo Poernomo, salah satu jendral pasukan Diponegoro yang bermigrasi dari Yogyakarta ke Blitar pasca penangkapan Pangeran Diponegoro.
Singkat cerita, pada masa itu Raden Djojo Poernomo menyamar sebagai pemuka agama untuk menghindari kejaran pasukan Belanda dan mengganti namanya menjadi Raden Papak. Selain itu, beliau juga tidak memotong dan merawat rambutnya sehingga memanjang dan gimbal. Dari situlah, kemudian muncul julukan “Mbah Gimbal”.
Sementara itu, pusaka keris lainnya yang masih tersimpan dengan baik meliputi keris peninggalan Jenderal Sudirman, keris Omyang Jimbe, keris Eyang Ndoro Tedjo, keris Sangkelat Bung Karno, keris Karnotinanding Jagat, dan Tombak Cokromanggilingan.
Pusaka-pusaka tersebut disimpan dengan baik dan setiap bulan Suro juga dicuci dengan air biasa yang dicampur dengan kembang melalui kegiatan Djamasan Poesaka. Pelaksanaan tradisi dan ritual djamasan poesaka bertujuan untuk memelihara pusaka leluhur agar tetap awet.
- Museum Keris Nusantara

Sumber Gambar : https://pariwisatasolo.surakarta.go.id/
Museum Keris Nusantara berlokasi di Jalan Bhayangkara No. 2, Sriwedari, Laweyan, Kota Solo, museum ini resmi dibuka untuk umum sejak 9 Agustus 2017 oleh Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo.
Selain sebagai sarana pendidikan, Museum Keris Solo bertujuan untuk melestarikan peninggalan benda pusaka bersejarah serta mengenalkan jenis-jenis keris pada generasi muda supaya tidak hilang ditelan zaman.
Museum ini memiliki sekitar 409 koleksi keris Nusantara dari bermacam-macam ukuran dan jenis. Tak hanya contoh keris saja, terdapat juga video visual yang memperlihatkan perkembangan keris dari masa ke masa.
Bangunan Museum Keris Nusantara terdiri dari empat lantai dengan fungsi yang berbeda pada setiap lantainya. Lantai pertama diberi nama wedaring wacana yang mewajibkan pengunjung untuk mengisi daftar tamu.
Lantai kedua diberi nama Purwaning Wacana dan memfasilitasi pengunjung tentang informasi mengenai jenis, tangguh, dhapur, pamor, pendhok, ukiran, warangka, mendak, hingga asal koleksi.
Lantai tiga diberi nama Cipta Adiluhung, yang menyajikan diorama proses pembuatan keris pada masa Candi Borobudur dan Candi Sukuh. Terakhir, lantai empat yang menyimpan keris Presiden Jokowi bernama Keris Kiai Tengara, yang diberikan sebagai simbol peresmian Museum Keris Nusantara.
- Museum Senobudoyo

Sumber Gambar : Dokumentasi Museum Senobudoyo
Museum yang terletak di dekat Alun-alun Utara Yogyakarta ini, juga menyimpan berbagai jenis keris dengan bentuk yang beraneka ragam.
Museum Sonobudoyo memiliki slogan yaitu “Ana, Anjaga, Ambudhaya” yang artinya Sonobudoyo ada untuk menjaga dan merawat kebudayaan. Sejak awal didirikan, museum ini bertujuan untuk mengumpulkan, melestarikan, dan membina warisan budaya yang selanjutnya disajikan kepada masyarakat.
Keris yang menjadi koleksi Museum Sonobudoyo diperkirakan berjumlah tak kurang dari 1200 buah. Senjata khas masyarakat Indonesia tersebut didapat dari berbagai daerah dari seluruh penjuru nusantara.
Wisatawan akan dapat melihat keris dari Jawa, Rencong dari Aceh, Mandau yang berasal dari Kalimantan dan juga keris-keris dari Bali dan Madura.
Tak hanya itu, terdapat pula bahan baku dari pembuatan keris yang dipajang di Museum Sonobudoyo. Bahan baku keris tersebut diperkirakan dipakai pada tahun 700 masehi yang disebut Wesi Budha.
Pengakuan Kris Indonesia sebagai Warisan Budaya Dunia oleh UNESCO adalah tonggak bersejarah yang membanggakan. Museum Keris bukan hanya menjadi penjaga fisik dari karya-karya berharga ini, tetapi juga mengabadikan pentingnya warisan budaya bagi generasi mendatang.
Oleh sebab itu, segera rencanakan kunjungan Anda, khususnya kunjungan ke Museum Noegroho. Ikuti informasi ter-update mengenai Museum Noegroho melalui akun sosial media De Karanganjar Koffieplantage!