Bagi warga desa, pertunjukan ini adalah hiburan gratis yang bisa dinikmati oleh semua orang. Bahkan, acara ini juga membawa rejeki bagi para pedagang.
Setiap pementasan jaranan selalu menarik banyak penonton, meskipun jumlahnya tidak sebanyak konser orkes atau dangdut, namun tetap cukup ramai.
Hal inilah yang mendukung keberadaan pertunjukan jaranan Pegon khas Blitar.
Pertunjukan Jaranan Pegon mengisahkan adegan-adegan dari Wayang Wong. Para ksatria penunggang kuda dalam pertunjukan ini melambangkan prajurit dalam Wayang Wong.
Berbeda dari Jaranan pada umumnya, Jaranan Pegon memiliki keunikan karena menggunakan selendang sebagai properti utama dan kostum Wayang Wong lengkap dengan probo dan irah-irahan.
Gerakan Jaranan Pegon terlihat gemulai tetapi tetap tegas, memadukan gerakan dari Wayang Wong.
Jaranan Pegon muncul pada masa di mana seni pertunjukan Wayang Wong populer, sehingga mempengaruhi gaya seni jaranan.
Ciri khas dari Jaranan Pegon, seperti pakem gending dan gerak, tetap dipertahankan sejak awal, menunjukkan adanya proses akulturasi yang kuat.
Pertunjukan ini masih dipentaskan secara tradisional dengan pola lantai sederhana.
Kostum yang digunakan mengadaptasi busana Wayang Wong, menjadi ciri khas tersendiri dalam Jaranan Pegon.
Akulturasi atau percampuran budaya memainkan peran penting dalam membentuk seni ini, sehingga disukai masyarakat luas.
Bentuk akulturasi dalam Jaranan Pegon menggabungkan unsur Wayang Wong dan Jaranan Breng. Dari Wayang Wong, tari dan karawitan/iringan menjadi bagian dari Jaranan Pegon.
Sementara dari Jaranan Breng, penari jaranan, juru gambuh/pawang, topeng prenthul lanang wadon, barongan, dan celengan diintegrasikan ke dalam Jaranan Pegon.
Unsur-unsur ini bersatu membentuk seni baru yang unik.
Dalam Jaranan Pegon, terdapat lima ragam gerak dari Wayang Wong, yaitu lumaksana (gerakan maju atau mundur dengan miwir sampur), sembahan (dilakukan di awal tarian), sabetan (di setiap peralihan gerak tari), srisig (saat perpindahan pola lantai), dan ombak banyu (setelah lumaksana maju).
Ciri khas Jaranan Pegon yang paling menonjol adalah kostum penari jaranan, didominasi oleh busana Wayang Wong gagrag Surakarta, yang dipengaruhi oleh Patih Singoyudho dari Kasunanan Surakarta Hadiningrat.
Properti yang digunakan meliputi eblek/kepang yang dikaitkan di perut penari dan selendang/sampur sebagai media gerak penari.
Eblek/kepang ini berasal dari Jaranan Breng namun berukuran lebih kecil.
Jika Anda tertarik mempelajari Jaranan Pegon, Anda bisa mengunjungi Paguyuban Tresno Budoyo di Desa Modangan atau menyaksikan pertunjukannya pada event-event di De Karanganjar Koffieplantage.
Ikuti terus perkembangan informasi tentang event-event menarik melalui laman media sosial kami.