Kalau kamu pernah jalan-jalan ke pasar tradisional di Blitar, pasti nggak asing dengan jajanan yang satu ini, cenil.
Makanan kecil berwarna-warni dengan tekstur kenyal dan rasa manis legit ini sudah jadi primadona sejak dulu, bahkan hingga kini tetap dicari banyak orang.
Tapi, apa sih sebenarnya cenil itu?
Kenapa cenil bisa bertahan jadi favorit di tengah gempuran makanan modern?
Yuk, kita kulik tuntas kuliner legendaris khas Blitar ini!
Asal Usul dan Sejarah Cenil
Cenil bukan sekadar jajanan pasar biasa. Makanan tradisional ini sudah dikenal sejak lama, bahkan tercatat dalam Serat Centhini yang diterbitkan pada tahun 1814, menandakan bahwa cenil sudah akrab di lidah masyarakat Jawa sejak dua abad silam.
Konon, cenil berasal dari Pacitan, Jawa Timur, dan menyebar ke berbagai daerah termasuk Blitar.
Pada masa sulit pangan, cenil menjadi salah satu makanan yang membantu masyarakat bertahan hidup karena bahan dasarnya sederhana dan mudah didapat, seperti tepung sagu atau tepung ketan.
Bahan dan Cara Membuat Cenil
Cenil terbuat dari bahan utama tepung ketan atau tepung tapioka yang dicampur dengan air panas, garam, dan daun pandan untuk aroma.
Adonan ini kemudian dibentuk kecil-kecil, biasanya lonjong atau bulat, lalu direbus hingga matang.
Setelah itu, cenil disajikan dengan taburan parutan kelapa dan siraman gula merah cair atau gula aren yang manis dan legit.
Proses pembuatannya memang sederhana, tapi butuh keahlian khusus agar teksturnya pas, kenyal tapi lembut, tidak keras atau terlalu lembek.
Kenikmatan Rasa dan Tekstur
Cenil punya ciri khas rasa manis legit yang berpadu dengan gurihnya kelapa parut. Teksturnya yang kenyal seperti jeli membuatnya unik dan berbeda dari jajanan lain.
Warna-warni cenil yang menarik juga menambah daya tarik visual, membuat siapa saja ingin mencicipi.
Kombinasi rasa dan tekstur ini membuat cenil cocok dinikmati oleh berbagai kalangan, dari anak-anak hingga orang dewasa.
Makna Historis dan Filosofis Jajanan Cenil
Secara historis, cenil berasal dari masa sulit pangan, di mana masyarakat menggunakan bahan alternatif seperti tepung ketela pohon atau tepung ketan untuk menggantikan beras yang langka saat paceklik.
Dengan demikian, cenil menjadi lambang ketahanan pangan dan inovasi kuliner masyarakat dalam menghadapi krisis.
Ini menunjukkan bagaimana masyarakat saling membantu dan beradaptasi demi bertahan hidup, menjadikan cenil sebagai bagian penting dari warisan budaya Nusantara.
Dari sisi filosofi, tekstur kenyal dan lengket pada cenil melambangkan persaudaraan dan kebersamaan yang erat di antara masyarakat Indonesia, seolah-olah mereka “lengket” satu sama lain seperti cenil itu sendiri.
Warna-warni cenil yang cerah juga mencerminkan keceriaan dan keanekaragaman budaya yang hidup dalam masyarakat Jawa.
Selain itu, cenil membawa nilai nostalgia yang kuat.
Bagi banyak orang, cenil mengingatkan pada masa kecil, suasana pasar tradisional, dan momen kebersamaan keluarga.
Jajanan ini menjadi penghubung antara generasi, menghidupkan kenangan manis sekaligus memperkuat identitas budaya lokal.
Kehadiran cenil di pasar tradisional menambah kehangatan dan eksotisme yang menjadi ciri khas budaya warisan bangsa.
Rekomendasi Cenil di Blitar
1. Supiyah, Penjual Cenil Pasar Legi Blitar
Supiyah adalah salah satu penjual cenil paling legendaris di Blitar. Setiap hari, ia berjualan di Pasar Legi mulai pukul 04.30 hingga 10.00 pagi.
Cenil buatan Supiyah terkenal dengan rasa otentik, tekstur kenyal yang pas, dan selalu laris manis di kalangan warga lokal maupun wisatawan.
Lokasinya mudah ditemukan, tepat di sisi utara gapura masuk Pasar Legi.
Keunggulan Supiyah adalah konsistensi rasa dan kualitas yang terjaga selama puluhan tahun.
Namun, karena popularitasnya, cenil Supiyah sering cepat habis di pagi hari.
2. Ririn Rika Wanti, Penjual Cenil dan Kicak Campur di Tanjungsari
Ririn Rika Wanti dikenal sebagai penjual cenil dan kicak campur yang viral di Blitar.
Berjualan sejak awal pandemi, Ririn menawarkan cenil campur klepon dan puli, disajikan dengan parutan kelapa dan gula merah cair.
Keunggulan cenil Ririn adalah bahan alami tanpa pengawet, sehingga lebih sehat dan aman dikonsumsi.
Selain itu, rasa manis dan kenyalnya sangat disukai berbagai kalangan. Lokasinya di Kelurahan Tanjungsari, cocok untuk yang ingin mencoba variasi cenil dalam satu porsi jajanan campur.
3. Penjual Cenil Depan BNI Jalan Cemara Blitar
Penjual cenil di depan BNI Jalan Cemara juga banyak direkomendasikan oleh pecinta kuliner Blitar.
Cenil di sini terkenal lengkap, dengan harga terjangkau dan porsi melimpah.
Lokasi strategis di depan bank membuatnya mudah diakses, terutama bagi yang ingin membeli cenil di sore hingga malam hari.
Keunggulannya adalah pilihan menu yang bervariasi dan selalu ramai pembeli.
Namun, karena lokasinya di pinggir jalan, tempat duduk terbatas sehingga lebih cocok untuk take away.