Pernahkah Anda membayangkan bagaimana rasanya merayakan kemerdekaan di tengah kehangatan api unggun, ditemani riuh rendah tawa dan doa bersama?
Malam tirakatan, yang biasanya digelar pada malam sebelum Hari Kemerdekaan, memiliki akar sejarah yang dalam.
Dalam tradisi masyarakat Jawa, pelaksanaan tirakatan memiliki makna yang mendalam. Tirakatan mengandung nilai-nilai yang tersurat dan tersirat dalam pelaksanaannya.
Makna tersurat dari tradisi tirakatan yaitu memperingati kemerdekaan Indonesia sebagai buah dari perjuangan para pahlawan.
Adapun makna tersiratnya yaitu sebagai bentuk syukur kepada Allah atas nikmat yang diberi, nikmat sehat, rezeki, dan masih diberi umur untuk memperingati memperingati harikemerdekaan negaranya.
Mengutip dari laman NU Online, pelaksanaan tradisi ini juga memiliki makna yang selaras dalam ajaran Islam.
Hal tersebut karena tradisi tirakatan adalah bentuk akulturasi budaya antara ajaran Islam dengan perpaduan budaya masyarakat Jawa.
Sebagaimana dalam ajaran Islam, kita diajarkan untuk senantiasa bersyukur atas nikmat yang diberikan oleh Allah SWT.
Bahkan, disebutkan jika kita kufur dengan nikmat yang diberikan kita bisa termasuk dalam golongan orang-orang yang tidak bersyukur dan akan mendapatkan siksa yang pedih dari Allah SWT.
Tradisi tirakatan ini merupakan salah satu bentuk ekspresi ungkapan rasa syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan nikmatnya kemerdekaan.
Selain itu dalam aspek agama, tradisi ini juga mengandung makna yang mendalam dalam aspek kebudayaan.
Tirakatan mengajarkan masyarakat untuk tidak melupakan sejarah serta menjadi sarana mempererat hubungan silaturahim antartetangga.
Salah satu keunikan malam tirakatan di Blitar adalah tradisi gendurenan.
Suasana malam yang biasanya hening seketika berubah dengan hadirnya alunan musik tradisional dan langkah-langkah warga yang membawa takir, yaitu wadah berisi makanan seperti nasi, lauk-pauk, dan jajanan pasar.
Dipimpin oleh Ketua RW atau RT, takir-takir ini kemudian dibagikan kepada seluruh peserta tirakatan, melambangkan semangat berbagi rezeki dan kebahagiaan di tengah masyarakat.
Selain gendurenan, malam tirakatan di Blitar juga dimeriahkan dengan berbagai lomba rakyat. Mulai dari lomba makan kerupuk, lomba balap karung, hingga lomba tarik tambang.
Lomba-lomba ini tidak hanya mengundang tawa dan keceriaan, tetapi juga menjadi ajang untuk mempererat tali silaturahmi antarwarga.
Malam tirakatan memiliki makna yang sangat mendalam bagi masyarakat Blitar.
Selain sebagai bentuk penghormatan kepada para pahlawan, malam tirakatan juga menjadi ajang untuk merefleksikan arti kemerdekaan.
Dalam suasana yang khidmat, masyarakat diajak untuk mengingat kembali perjuangan para pendahulu bangsa dalam merebut kemerdekaan dan bersyukur atas nikmat yang telah diberikan oleh Tuhan Yang Maha Esa.
Jika Anda ingin merasakan suasana malam tirakatan yang lebih unik dan bersejarah, cobalah berkunjung ke De Karanganjar Koffieplantage.
Di sini, Anda tidak hanya dapat menyaksikan persiapan upacara kemerdekaan dengan nuansa tempo dulu, tetapi juga mengunjungi kamar yang pernah digunakan Bung Karno sebagai tempat menginap saat kunjungan ke Blitar dalam rangka nasionalisasi perusahaan-perusahaan asing.
Di kamar inilah, sang proklamator merumuskan langkah-langkah untuk merebut kembali dan mempertahankan aset-aset bangsa.
Dengan mengunjungi tempat bersejarah ini, Anda seolah diajak untuk berjalan menyusuri lorong waktu dan merasakan langsung semangat juang para pahlawan yang tak hanya berjuang di medan perang, tetapi juga di meja perundingan.