Ditulis pada 27 Juli 2018
By: Wima Brahmantya
Obrolan menarik lagi bersama Naomi & Hannah, para gadis Inggris yang lagi ‘magang’ di Keboen Coffee Karanganjar.
Saya tanya mereka, “Warisan Inggris apa yang paling berpengaruh di Indonesia?”
Mereka menjawab, “Bahasa Inggris?”
Saya jawab, “Enggak lah. Mayoritas orang Indonesia ga bisa berbahasa Inggris dengan baik. Kamu tahu apa jawabannya? Berkendara di lajur kiri.”
Ya. Awalnya orang-orang di Indonesia menggunakan lajur kanan ketika berlalu-lintas, karena mengikuti pakem Belanda. Tapi ketika Sir Stamford Raffles dari Inggris memegang kekuasaan di Jawa selama beberapa tahun, dia memberlakukan sistem berkendara di lajur kiri, yang terus berlaku hingga saat ini.
Lalu saya tanya lagi ke mereka, “Sebagai pemenang Perang Dunia II, kalian tahu ga di mana pertama kali Tentara Inggris mengalami kekalahan?”
Mereka semua geleng-geleng kepala. Seolah mereka menyiratkan pertanyaan, “Apakah kami pernah kalah perang?”
“Surabaya”, jawab saya.
Saya ceritakan kepada mereka, bahwa Inggris memerintahkan kepada warga Surabaya untuk menyerahkan persenjataan, dan kalau tidak mereka akan menghabisi Surabaya dalam 3 hari. Tapi nyatanya pertempuran berlangsung hampir sebulan, dan akhirnya pihak Inggris minta gencatan senjata, setelah kehilangan banyak tentaranya, termasuk dua jenderalnya.
“Harus diakui dalam sejarahnya memang Inggris sewenang-wenang terhadap bangsa lain”, kata Naomi.
“Dan selama ini dalam mata pelajaran sejarah di sekolah kita cuma diceritakan cerita menang-menangnya Inggris saja,” kata Hannah.
Dan mereka mulai menyeruput secangkir coffee yang disediakan di tengah-tengah pepohonan coffee.