Ditulis pada : 24 Mei 2022
By: Wima Brahmantya
Baru selesai nonton “KKN Di Desa Penari (ndak pake striptis)”, sebuah film horor yang salah satu fitur yang ditonjolkan adalah “tarian dan musik gamelan ghaib”.
Ini tiba-tiba mengingatkan saya akan kejadian di tahun 2009, ketika saya terpilih sebagai ketua Dewan Kesenian Kab Blitar (DKKB). Memang terpilihnya saya pada saat itu agak ‘merusak tatanan’. Nama saya muncul sebagai kandidat hanya tiga hari sebelum pemilihan. Waktu itu saya memang ‘dipaksa’ oleh Bapak untuk maju, padahal ga ada niatan sebelumnya.
Parahnya .. jadi.
Maka harus diakui bahwa saya terpilih karena ‘privilege’. Soal kemudian apa pencapaian kami selama 10 tahun berikutnya itu soal lain.
Tapi cerita menariknya adalah malam sebelum pemilihan pagi harinya. Waktu itu saya masih tinggal di Pendopo Ronggo Hadinegoro. Tengah malam selesai shalat tahajud, tiba-tiba di dalam rumah kedengaran suara orang main gamelan rame sekali.
Saya bingung, jam 1 pagi kok ada orang latihan gamelan? Saya pun bergegas ke aula pendopo depan yang ada gamelannya.
……. ga ada orang sama sekali. Suara gamelan tsb juga berhenti.
Saya balik ke dalam rumah, dan suara pesta gamelan itu kedengaran lagi riuh sekali. Saya keluar rumah, musiknya stop. Masuk rumah, seperti ada pesta kondangan. Saya keluar ke halaman belakang, musik ilang. Masuk rumah “on lagi”.
Itu berlangsung selama 10 menitan.
Entah apa itu maksudnya. Barangkali pertanda bahwa di hari itu saya akan jadi orang yang bertanggung jawab atas kemajuan seni dan budaya di Blitar.
Orang di sekitaran saya bilang kalau saya ini logis dan rasional. Tapi tidak bisa dipungkiri bahwa saya hidup di Tanah Jawa dan di lingkungan yang cukup akrab dengan hal-hal supranatural.
Pernah saya berusaha berlepas diri dari hal-hal semacam itu. Tapi semakin saya berusaha lepas, semakin barang-barang begituan ‘nempel’.
Ya sudah diterima saja. Setidaknya di mana pun saya berada, hal semacam itu seakan menjadi pengingat bahwa saya adalah “Anak Nusantara”.
***
Ket foto : satu sudut di Moesioem Noegroho – De Karanganjar.