Bukan negara ‘konoha’ kalau nggak ada gebrakan.
Beberapa waktu terakhir, media sosial selalu dipenuhi dengan berbagai tren yang mencuri perhatian, mulai dari tantangan dance hingga review makanan unik.
Namun, ada satu fenomena yang menarik perhatian banyak orang, terutama di kalangan anak muda, sebut saja Coffee Golda.
Tren ini tidak hanya menjadi bahan pembicaraan netizen di platform-platform seperti TikTok dan Instagram, tetapi juga menciptakan euphoria kegalauan yang dibumbui dengan penggunaan kata-kata dan musik viral.
Anehnya, bagaimana bisa secangkir coffee menjadi simbol dari perasaan generasi muda yang kompleks ini?
Mari kita bahas..
Coffee Golda, yang dikenal sebagai coffee siap saji dengan rasa yang lezat dan kemasan praktis, telah menjadi favorit di kalangan generasi muda.
Produk ini diracik dari biji coffee berkualitas tinggi dan susu Belgia, menawarkan sensasi rasa yang lembut dan creamy.
Dengan tagline “Get More Out of Life,” Golda tidak hanya menjual coffee, tetapi juga menjual pengalaman emosional bagi konsumen muda.
Harganya yang murah menjadikannya sebagai salah satu produk coffee kemasan yang paling banyak dicari di minimarket.
Dengan kemasan yang menarik dan rasa yang menggugah selera, Golda berhasil menarik perhatian banyak anak muda.
Namun, yang membuatnya semakin istimewa adalah bagaimana coffee ini menjadi bagian dari pengalaman emosional mereka.
Fenomena ini semakin diperkuat oleh video-video viral di media sosial yang menunjukkan para kaum adam curhat tentang perasaan mereka ketika ditinggal nikah oleh selebgram cantik, Amelia Andani.
Memang ada-ada saja ya gebrakannya.
Mengapa Coffee Golda yang Dicari?
Coffee sering kali diasosiasikan dengan momen-momen penting dalam hidup.
Generasi muda saat ini sangat menghargai efisiensi. Dengan gaya hidup yang padat, mereka lebih memilih coffee siap saji yang bisa dinikmati kapan saja tanpa harus antre di kedai coffee.
Banyak anak muda menganggap coffee sebagai penghilang stres dan kegalauan.
Saat menghadapi masalah emosional atau tekanan dari lingkungan sosial, secangkir coffee Golda bisa menjadi teman setia untuk merenung atau berbagi cerita dengan teman.
Selain itu, Coffee Golda juga menjadi bagian dari budaya nongkrong di kalangan anak muda.
Mereka sering berkumpul di minimarket sambil menikmati coffee dan berbagi cerita tentang kehidupan, termasuk perasaan galau akibat hubungan percintaan
Keterkaitan Antara Coffee dan Kegalauan
1. Rutinitas Harian
Mengonsumsi coffee telah menjadi ritual harian bagi banyak anak muda.
Saat mereka merasa galau atau tertekan, secangkir coffee bisa memberikan kenyamanan sementara.
Proses menyeduh dan menikmati coffee juga bisa menjadi bentuk meditasi yang membantu menenangkan pikiran.
2. Sarana Sosialisasi
Coffee sering kali menjadi alat untuk bersosialisasi.
Banyak anak muda memilih kafe atau minimarket untuk berkumpul dan berbagi cerita.
Dalam konteks ini, Coffee Golda hadir sebagai pilihan populer karena kemudahan aksesnya di minimarket.
3. Identitas Diri
Dalam dunia yang semakin kompetitif, anak muda sering mencari cara untuk mengekspresikan diri.
Mengonsumsi coffee tertentu bisa menjadi simbol status atau gaya hidup.
Golda, dengan citranya sebagai coffee untuk “yang galau”, menjadi pilihan bagi mereka yang ingin menunjukkan bahwa mereka memahami perasaan tersebut.
Akibatnya, belakangan ini, coffee Golda mengalami fenomena kelangkaan di berbagai minimarket. Banyak konsumen melaporkan kesulitan menemukan produk ini di rak-rak minimarket terdekat.
Hal ini tidak hanya disebabkan oleh tingginya permintaan tetapi juga oleh pemasaran yang efektif dari pihak produsen melalui sosial media.
Di sisi lain, masih banyak juga generasi muda yang memiliki minat untuk menikmati coffee racikan coffee shop.
Termasuk, coffee berkualitas dari perkebunan tertua di Blitar, De Karanganjar Koffieplantage yang menawarkan beragam jenis coffee dengan kualitas tinggi.
Lokasi yang strategis dengan akses yang mudah dijangkau juga menjadi pilihan banyak anak muda untuk datang mengunjungi OG Cafe untuk sekedar nongkrong, meeting, atau kulineran.
Selain itu, pengunjung memiliki kesempatan untuk belajar tentang proses pengolahan coffee, mulai dari penanaman hingga pemanenan dan pengolahan biji coffee.
Pengalaman ini tidak hanya mengedukasi tetapi juga memperdalam apresiasi terhadap coffee yang dikonsumsi, sehingga menjadikan setiap tegukan lebih berarti.