Ditulis pada 11 September 2023
By: Wima Brahmantya
Saya ga benci karnaval Agustusan!
Bulan Kemerdekaan memang kudu dimeriahkan oleh karnaval, selain sebagai sarana hiburan dan ekspresi bagi masyarakat.
Tapi karnaval akan jadi persoalan jika tidak diatur dengan benar.
Kita singkirkan dulu ya polemik soal materi karnaval cewek joged-joged sexy atau battle sound horeg!
Kali ini saya mau bahas soal jadwal karnaval yang tidak diatur dengan baik. Ini sudah bulan September dan masih aja banyak karnaval nutup jalan, dan kabarnya sampai akhir September juga masih akan ada.
Dulu kecilan saya, karnaval menjadi tontonan menarik yang ditunggu, biasanya cuma sehari dan meriah di seantero kota.
Tapi sekarang ini, setiap desa, setiap dusun, setiap RT/RW, bahkan setiap komunitas kepengen bikin karnaval sendiri-sendiri di hari yang berbeda. Akibatnya ya seperti ini, karnaval sebulan penuh, bahkan ketika bulan Agustus udah lewat.
Dampaknya apa? Orang males keluar karena takut kejebak macet. Kunjungan wisata anjlok drastis. Akses menuju tempat usaha buntu karena diblokir oleh kegiatan karnaval sebulan penuh.
Ini bukan kami saja yang merasakan, tapi semua pelaku usaha pariwisata pun mengeluhkan hal yang sama.
Tentu ini bukan sepenuhnya salah masyarakat atau peserta karnaval. Saya justru mengkritisi para pemangku kebijakan di daerah. Kenapa tidak peka terhadap situasi seperti ini, dan tidak mencoba mengatur jadwal karnaval yang lebih tertib dan tidak merugikan pihak lain.
Ayo kita meriahkan karnaval, tapi lakukan serentak satu waktu. Oke satu hari, dua hari, tiga hari, atau seminggu full kita buat macet kota, no problem.
Tapi ya satu waktu itu. Setelah itu kehidupan balik normal lagi. Kalo jadwal karnaval ga diatur dan semua bisa seenaknya nutup jalan selama satu bulan, ini akan menghancurkan roda ekonomi.
Semoga status ini didengarkan oleh para pemangku kebijakan daerah.
Kami rela kalau harus tutup sehari, tiga hari, atau seminggu.
Tapi sebulan .. ?
Kami juga butuh bayar gaji karyawan loh!
Semoga tahun depan ada perubahan!