
Pada Era Kolonial Belanda, Blitar yang terletak di lereng Gunung Kelud dijadikan sebagai salah satu pusat budidaya coffee di Jawa Timur, sehingga ribuan hektar perkebunan coffee dibuka di sini. Tidak terkecuali perkebunan De Karanganjar yang dirikan pada tahun 1874 oleh H. J. Velsink dan Hendrik Van Vredenberg, yang kemudian dikelola oleh perusahaan Belanda yaitu NV. Kultuur Mij Karanganjar. Selama puluhan tahun perusahaan asing tersebut mengelola perkebunan ini hingga kedatangan Jepang pada 1942 yang memaksa kegiatan di perkebunan ini berhenti untuk sementara. Ketika Bangsa Indonesia memproklamirkan kemerdekaannya pada 1945, pelan-pelan perkebunan coffee ini beroperasi lagi tetapi dengan beberapa perusahaan yang berbeda. Salah satunya adalah perusahaan asal Belanda yaitu NV. Kooy & Voorhout yang hanya bertahan beberapa tahun saja, lalu mereka menyerahkan perkebunan ini kepada kelompok pekerja lokal, di mana salah satu tokohnya adalah Denny Roeshadi yang telah bekerja cukup lama di perkebunan ini. In 1957 President Sukarno nationalized state assets controlled by foreign companies. That was an
opportunity for Denny Roeshadi to apply for a permit to establish a company to be granted a
concession. So then the State gave a concession to PT. Harta which was founded by Denny Roeshadi
in 1960, which later in 1963 changed its name to PT. Harta Mulia. One of the factors that
strengthened the granting of this permit was Denny Roeshadi who also took up arms during the War
of Independence, where war veterans tended to be made easier to take over state assets from
foreign companies. So since then the De Karanganjar Plantation has been managed by the Roeshadi Family for three
generations. Some of the CEOs later became better known as politicians. One of them is Herry
Noegroho – the first son of Denny Roeshadi who served as Regent of Blitar 2003 – 2016 and Endro
Hermono – the second son, who was Deputy Mayor of Blitar 2005 – 2010 and is now a member of
the State Parliament from Gerindra faction. Saat ini Perkebunan De Karanganjar dipimpin oleh cucu pertama Denny Roeshadi yaitu Wima Brahmantya. Beberapa inovasi penting yang dicapai oleh Wima adalah membuka perkebunan ini sebagai destinasi wisata dengan brand “De Karanganjar”, dan juga meluncurkan produk coffee kemasan dengan brand “De Karanganjar Koffie”.