Ditulis pada 23 Juni 2018
By: Wima Brahmantya
Datang sebagai pengunjung Keboen Kopi Karanganjar, akhirnya kami berteman. Abdarrahman – seorang berkebangsaan Libya yang juga dosen ilmu bisnis di Universitas Brawijaya ini mengundang saya untuk makan siang di rumahnya.
Sambil menikmati ayam pasta makaroni ala Libya, kami ngobrol ngalor ngidul mulai dari diktator Moammar Khadafi, sang pejuang kemerdekaan Omar Mukhtar, suku-suku di Libya yang beraneka ras dan ternyata masih mempersoalkan warna kulit untuk urusan perkawinan, sampai pada kondisi alam Indonesia yang bagi orang-orang Timur Tengah serasa seperti di “surga” saja.
Lalu kok bisa beliau sampai mengundang saya dan bela-belain masak sendiri buat saya?
Karena saya bilang saya suka masakan Arab. Dan kepengen nyobain makanan khas Libya.
Tips buat anda yang kepengen diundang makan masakan khas suatu daerah, maka puji-pujilah masakan daerah tersebut sambil bilang kalo anda kepengen nyicipin lagi. Pengalaman saya trik ini berlaku bagi sebagian besar orang yang saya ajak ngobrol (kecuali suku Jawa dan Tionghoa .. yo mesti ae).
–
“Pujian paling ringan tapi mengena adalah soal makanan.”
(WB)