Written on 31 July 2023
By: Wima Brahmantya
Dapat kiriman dari kawan di Norwegia, artikel koran tahun 1898 tentang satu kisah sedih kolonialisme yang ada di ….. tebak!
De Karanganjar!
Here's the translation:
De Locomotief
March, 12th – 1898
On Thursday, the High Court in Surabaya heard the case of Roorda Van Eysinga, an employee of the De Karanganjar Plantation in Blitar, who was accused of murder. The suspect admitted that he did not understand Dutch very well, so Mr D. De Waal was brought in as a French interpreter. 13 witnesses were invited to attend, 5 Europeans and 8 Indigenous people. One of the European witnesses had returned to Europe and the other could not attend due to illness. After reading the documents, the suspect was asked whether he pleaded guilty or not.
Tersangka mengatakan, bahwa ketika itu dia sedang berburu di dalam area perkebunan, lalu dia melihat beberapa penduduk pribumi yang seharusnya tidak masuk ke area perkebunan, sehingga diduga bahwa mereka berniat mencuri coffee. Lalu dia menembak mereka, tapi tidak benar-benar membidik secara serius. Namun demikian pelurunya masih mengenai telinga kanan salah satu orang pribumi. Ketika Tersangka melihat orang tersebut kesakitan, Tersangka berniat memberikan tembakan penghabisan, tapi tembakannya meleset. Orang pribumi tersebut akhirnya roboh dan berbaring beberapa saat lalu meninggal dunia. Dr. Wiederhold, dari kota Blitar, menyatakan bahwa luka tersebut sebenarnya tidak terlalu fatal. Lalu sidang pun ditutup (Sur. Hbld.)
Thanks to Mark Wennberg
#dekaranganjar #dekaranganjarkoffieplantage #sejarahkolonial