Ditulis pada 17 Februari 2019
Oleh Wima Brahmantya
Berawal dari komunitas briker (brik-brikan), komunitas ini kemudian berkembang menjadi tim swakarsa untuk penyelamatan korban bencana alam sejak Letusan Gunung Kelud 1990. Anggotanya mencapai ratusan yang mencakup Blitar dan Kediri.
Nama “Lembu Suro” diambil dari nama tokoh legenda penguasa Gunung Kelud, di mana rakyat zaman dahulu meyakini jika letusan Gunung Kelud adalah merupakan amuk dari Lembu Suro tersebut.
Lantas kenapa tadi malam mereka syukuran di Keboen Kopi Karanganjar?
Jadi memang sebelumnya ada kejadian antena repeater mereka yang dipasang di sekitaran lereng Gunung Kelud hilang, dicuri orang, hingga 4x katanya. Sehingga sahabat saya Sinyo Betha dan Tatang Hadi Sidharta yang juga tergabung di tim swakarsa tersebut menanyakan apa bisa antena repeater tsb ditaruh saja di satu tempat di Keboen Kopi Karanganjar supaya lebih aman?
Ya saya jawab “monggo aja”. Silakan pilih titik yang terjangkau. Kalau keamanan insyallah aman di area Keboen.
Dalam 1 bulan terakhir ini kegiatan di Tim Swakarsa Lembu Suro sudah berjalan normal kembali. Itulah kenapa mereka syukuran di Keboen tadi malam.
Senang bisa membantu mereka. Karena merekalah yang diandalkan oleh masyarakat sekitar Gunung Kelud atau Pemkab dalam mendeteksi tanda-tanda letusan gunung maupun penyelamatan warga sekitar.