Ditulis pada 08 Januari 2017
Oleh : Wima Brahmantya
Seringkali kita baru percaya kelebihan diri sendiri setelah diakui orang lain. Begitu pula dengan kualitas kopi robusta yang ditanam di perkebunan kami.
Awalnya kawan saya mas Brahmantya Sakti (eh, namanya mirip yah) yang ngeyel kepingin meneliti kualitas kopi kami. Saya sebenarnya ga pede juga kalau harus mengirim kopi kami ke Jakarta.
“Mas, kalau sampai Belanda mau membuka lahan perkebunan kopi sampai ribuan hektar di Blitar, pasti ada yang spesial dengan kandungan tanah di sana,” kata mas Bram waktu itu.
Eh, ga taunya mas Bram malah ngirim kopi kami ke Vigilante Coffee Company di Maryland – AS. Setelah dinilai berdasarkan kriteria : aroma, flavor, aftertaste, acidity, mouthfeel; mengejutkan ternyata kopi robusta Blitar nilainya sedikit lebih tinggi daripada kopi robusta Lampung yang selama ini dianggap sebagai kopi robusta paling enak di Indonesia!
Belum puas dengan penilaian itu, mas Bram mengundang pakar asal Belanda yaitu Sipke de Schiffart yang telah memiliki pengalaman 38 th di dunia kopi. Lagi-lagi saya kaget, menurut Meneer Schiffart kopi Blitar (Karanganyar) ini “very strong, bitter, and fruity” dan cocok sebagai pengganti kopi Vietnam!
Kopi Vietnam boss! Yang sekarang sedang merajai pasar Asia Tenggara dan semakin populer gara-gara Jessica!
Ah, sayangnya …
Produksi kopi kami tidak cukup banyak. Beda jauh kalau dibandingkan di zaman kakek nenek yang bisa panen ribuan ton dalam setahun.
Sekarang tanaman kopi kami banyak yang sudah tua dan rusak, dan baru 2 th ini kami mulai menggiatkan penanaman kembali yang Insya Allah bisa dinikmati dalam 5-7 tahun ke depan.
Jadi bagaimana Blitar?
Sudah siap merajai pasar kopi Asia Tenggara dalam 10 tahun ke depan?
Atau pasar dunia barangkali?
Sapa tau loh