Mendengar istilah ‘manten’ tentu tidak jauh dari pembahasan mengenai sebuah hal sakral yang disebut ‘pernikahan’.
Namun, istilah manten dalam hal ini memiliki keunikan tersendiri.
Bagaimana tidak, tradisi atau istilah yang biasanya digelar untuk menyatukan sepasang dalam ikatan suci, di Blitar justru digunakan untuk tanaman kopi.
Tradisi tersebut dikenal dengan ‘manten kopi’ yang dilaksanakan setiap tahun sebagai penanda musim panen telah tiba sekaligus perwujudan rasa syukur masyarakat Desa Modangan terhadap hasil panen yang berlimpah.
Tahun ini, PT Harta Mulia kembali menggelar tradisi ‘manten kopi’ pada hari Minggu, 09 Juni 2024 yang bertempat di area perkebunan kopi.
Fakta menariknya, kegiatan terdiri dari beberapa rangkaian dan bisa disaksikan oleh masyarakat umum, di mana sebelumnya, kegiatan ini hanya dapat disaksikan oleh pihak internal perusahaan.
Tepat pukul 08.00 WIB, kegiatan diawali dengan kirab atau iring-iringan Joko Gondel (pengantin pria) dan Sri Gondel (pengantin wanita) beserta staf karyawan PT Harta Mulia menuju area perkebunan kopi.
Setibanya di area perkebunan kopi, kegiatan kemudian dilanjutkan dengan upacara adat yang dipimpin oleh tokoh masyarakat setempat.
Dalam upacara tersebut, nuansa kental adat-istiadat Jawa sangat kental karena terdapat beberapa perlengkapan ritual seperti cok bakal yang merupakan sesaji masyarakat Jawa sebagai sarana sedekah dan rasa syukur agar diberi kelancaran.
Selain cok bakal, terdapat juga ritual obong dupa yang dipimpin oleh seorang modin.
Dupa tersebut dibakar dengan damen dan arang hingga mengeluarkan lengkungan ganda dan prosesi ini tidak boleh dilewatkan dalam tradisi manten kopi karena memiliki makna tersendiri.
Obong dupa juga memiliki makna sebagai permohonan keselamatan kepada Tuhan Yang Maha Esa agar dijauhkan dari marabahaya dalam bentuk apapun sehingga dapat melaksanakan panen dengan lancar.
Selain itu, obong dupa juga dapat dimaknai sebagai bentuk penghormatan kepada arwah leluhur dan makhluk tak kasat mata di sekitar Desa Modangan, khususnya di area perkebunan dan pabrik kopi.
Setelah upacara adat selesai dilaksanakan, acara kemudian dilanjutkan dengan arak-arakan dari tempat ritual manten kopi menuju pendopo Pabrik.
Dalam iring-iringan tersebut terdapat pengiring musik dan beberapa penyanyi melantunkan tembang dan syair dalam bahasa Jawa, serta terdapat barongan dan jaranan pada barisan depan yang kian menambah meriah rombongan kirab.
Adapun, peserta kirab menggunakan baju adat Jawa, begitupun beberapa pengunjung juga menggunakan pakaian adat jadul seperti kebaya dan baju surjan.
Setelah tiba di area pendopo pabrik, manten kopi kemudian menyerahkan biji kopi sebagai simbol bahwa kegiatan panen sudah dapat dilaksanakan.
Kemudian beberapa biji kopi lainnya dan dupa dibawa oleh modin menuju area pabrik.
Kegiatan kemudian dilanjutkan dengan sambutan oleh Wima Brahmantya selaku CEO De Karanganjar Koffieplantage kemudian sambutan oleh Bapak Suhendro Winarso Kepala Dinas Pariwisata Budaya Pemuda dan Olahraga Kabupaten Blitar.
Dalam sambutannya, Wima Brahmantya menyampaikan harapannya bahwa tradisi manten kopi dibuka untuk masyarakat umum dengan tujuan mengingatkan bahwa sebagai masyarakat Jawa, jangan sampai kehilangan jati diri.
Sehingga salah satu upaya untuk tetap menjaga jati diri tersebut, adalah dengan melestarikan tradisi termasuk manten kopi.
Acara ini juga turut dihadiri oleh beberapa pihak terkait seperti Kadisbudpar, Kapolres, Dandim, Kepala Desa Modangan beserta jajarannya, dan para pegiat budaya.
Tidak ketinggalan, beberapa penampilan juga turut memeriahkan acara manten kopi seperti jaranan pegon dari paguyuban Tresno Budoyo dan warok Desa Modangan.
Setelah penampilan selesai, dilanjutkan pemotongan tumpeng oleh CEO De Karanganjar Koffieplantage beserta jajarannya.
Dari rangkaian tersebut, tradisi manten kopi memiliki makna sebagai sarana meminta keberkahan dan kemakmuran kepada Tuhan Yang Maha Esa yang disimbolkan dengan janur kuning.
Berbeda dari tahun sebelumnya pelaksanaan tradisi manten kopi tahun ini juga disertai dengan lomba-lomba seperti lomba mewarna dengan ampas kopi untuk jenjang SD, lomba meracik kopi untuk jenjang SMA/SMK, dan lomba fotografi untuk umum.
Fakta menarik lainnya, penari dan pemeran manten kopi merupakan siswa kelas XI SMK Negeri 1 Nglegok, yakni Titus Aktor Kanada sebagai Joko Gondel dan Mareta Putri sebagai Sri Gondel.
Bahkan keduanya sudah ditunjuk sebagai pemeran manten kopi sejak tahun 2023 dan sudah menekuni dunia tari sejak masih SD.
Dengan demikian, acara manten kopi De Karanganjar Koffieplantage dapat menjadi sarana untuk mengenalkan tradisi dan budaya leluhur kepada generasi muda.