Ditulis pada 15 April 2023
Oleh : Wima Brahmantya
Sedianya hari ini saya dijadwalkan jadi pembicara di suatu acara promosi batik + bakti sosial. Tapi batal. Begini ceritanya ..
Sekitar 2 minggu lalu dua pemuda “duta batik Blitar” datang ke De Karanganjar mengajukan sponsorship untuk acara tsb. Deal, kita bisa bantu.
Lalu saya tanya ke mereka : “Apakah Blitar sudah punya batik khas?”
Mereka menyebut satu merk batik. Kemudian saya minta mereka masuk ke Museum Noegroho. 10 menit kemudian mereka kembali dan menyebut nama “Batik Tutur”. Akhirnya saya jelaskan sejarah Batik Tutur, dan betapa rumit perjuangannya ‘membawa pulang’ batik tsb dari Belanda ke Blitar.
Beberapa hari kemudian saya dikabari bahwa saya diminta jadi pembicara Batik Tutur di acara tsb. Saya sempat nanya apa ga masalah jika saya membawa Batik Tutur sementara ada batik tertentu yang sedang diangkat di situ? Mereka jawab tidak masalah. Oke deal.
Ketika di sini sudah mempersiapkan Batik Tutur untuk dipamerkan besok, saya ditelpon lagi oleh panitia yang meminta maaf karena harus membatalkan kehadiran saya. Tentu saja dengan alasan sehalus mungkin, tapi saya desak alasan sebenarnya apa.
Intinya, ada pihak-pihak yang keberatan kalau Batik Tutur yang merupakan “batik kabupaten” ikut dibicarakan di acara tsb.
Dari sisi tematik, bisnis, dan administratif saya bisa memahami keberatan mereka.
Tapi sayang, seandainya mereka tahu bahwa Batik Tutur yang disebut “Batik Afkomstig Uit Blitar” yang didokumentasikan tahun 1902 tsb secara geografis sebenarnya berada di wilayah “kota Blitar”, hanya saja secara administratif milik “Kabupaten Blitar”.
Karena pada tahun itu kota Blitar memang belum ada, baru 1906 kota Blitar didirikan. Jadi secara administratif seluruh wilayah Blitar pada saat itu berada di bawah Kabupaten.
Panitia tsb meminta maaf kepada saya dan saya jawab bahwa saya gapapa, toh juga jadi pembicara ga ada bayarannya.
Cuma ini sebagai pembelajaran bagi Putra-Putri Batik tsb, berdasarkan pengalaman saya 10 tahun memimpin DKKB, terkadang niat baik itu terbentur oleh hal-hal sepele yang bersifat administratif seperti ini. Belum lagi soal egosentris.
Ket Foto : Batik Tutur di Museum Noegroho – De Karanganjar.
#dekaranganjar #batiktuturblitar