Ditulis pada 09 Desember 2018
Oleh : Wima Brahmantya
Saya menyadari kebenaran itu ketika melancong bersama seorang cewek Perancis (eaaa!!) beberapa tahun lalu. Ketika kami melintasi persawahan si Perancis begitu antusias dan menyalakan kameranya.
“Ceklik .. ceklik”.
Saya heran, apa sih istimewanya sawah? Tapi dia bilang bahwa ini indah sekali karena di Eropa tidak ada pemandangan seperti ini.
Begitu pula di awal-awal kami membuka program magang di Keboen Kopi Karanganjar, seorang peserta magang kami asal Rusia begitu takjub melihat bibit kopi dan memotretnya dari berbagai sudut. Saya sendiri sampai pada saat itu belum begitu menyadari bahwa tanaman kopi itu bisa sangat menarik.
Bahkan seorang peserta magang asal Tunisia (yang terbiasa hidup di gurun) menitikkan air mata begitu menyaksikan Telaga Pacuh di dekat perkebunan kami yang begitu hijau.
“Ini seperti jannah”, katanya. “Bagaimana perasaanmu Mima ehh Wima hidup di tempat seindah ini?”
Eehhmmm …. biasa aja tuuh, jawab saya sambil cengar-cengir.
Di foto yang saya unggah ini, seorang peserta magang asal Italia begitu kegirangan menyaksikan ladang nanas. Dia tidak mengira bahwa nanas tumbuh di bawah tanah.
“Mengingatkan saya pada Mandragora di Harry Potter”, katanya.
Selama ini kita melihat bahwa alam di benua lain, Eropa misalnya begitu indah dan kita kadang iri kenapa kita tidak dilahirkan di sana saja. Tapi jangan lupa bahwa alam tropis dengan pohon kelapa, palem, pisang, sawah itu sangat mempesona bagi bangsa lain. Tidak ada suatu daerah yang punya kekayaan flora dan keanekaragaman buah-buahan yang sekaya daerah tropis seperti Nusantara ini.
Bunga Sakura memang sangat indah, tapi barangkali tidak seindah itu buat orang Jepang. Maka kita boleh terpesona akan keindahan tanaman asli luar negeri tapi tidak berarti okay untuk mengolok-olok tanaman asli negeri sendiri.
Apalagi kalo belum tau khasiat dan manfaat ekologinya, seperti tanaman Enceng Gondok misalnya.
Eh?!