Bayangkanlah sebuah arca raksasa dengan bentuk yang unik, menyerupai gajah namun dengan detail yang begitu rumit.
Arca Warak, itulah nama populernya, berdiri kokoh di tengah hamparan sawah yang hijau.
Situs Arca Warak di Desa Modangan, Kecamatan Nglegok, Kabupaten Blitar, merupakan salah satu warisan budaya yang menyimpan banyak misteri dan keunikan.
Terletak tidak jauh dari Candi Penataran, situs ini menawarkan lebih dari sekadar reruntuhan batu; ia adalah saksi bisu dari sejarah panjang yang mencakup pengaruh Hindu-Buddha di Indonesia.
Dengan berbagai arca yang terfragmentasi, Arca Warak mengundang rasa ingin tahu dan kekaguman bagi siapa saja yang berkunjung.
Sejarah dan Asal Usul Arca Warak
Arca Warak diperkirakan dibangun pada masa Kerajaan Majapahit, sekitar abad ke-14.
Meskipun tidak ada catatan tertulis yang jelas mengenai asal usulnya, beberapa sejarawan percaya bahwa nama “Warak” diambil dari arca gajah yang menyerupai badak, sebuah hewan mitologi yang melambangkan kekuatan dan ketahanan.
Menurut laporan Belanda pada tahun 1903, terdapat dua arca berfigur raksasa di situs ini dengan tinggi mencapai 2 hingga 2,5 meter.
Situs ini juga dikenal sebagai tempat ritual dan upacara oleh masyarakat setempat.
Air dari sumber mata air yang ada di lokasi ini dimanfaatkan untuk berbagai keperluan sehari-hari, termasuk mandi dan mencuci.
Hal ini menunjukkan bahwa Arca Warak bukan hanya sekadar situs sejarah, tetapi juga bagian integral dari kehidupan masyarakat di sekitarnya.
Situs Arca Warak terdiri dari beberapa komponen arca dan batu candi yang tersebar tidak teratur. Beberapa arca yang paling mencolok termasuk:
- Arca Gajah: Memiliki bentuk memanjang dengan saluran air di punggungnya.
- Arca Dwarapala: Diduga merupakan arca penjaga dengan ukuran besar dan hiasan yang megah.
- Fragmen Arca: Terdapat beberapa fragmen yang terdiri dari bagian kaki, badan, dan kepala yang menunjukkan bahwa situs ini dulunya memiliki struktur yang lebih kompleks.
Di samping itu, terdapat juga jaladwara (saluran air) dengan pahatan sepasang figur manusia saling berhadapan, serta kemuncak dengan ornamen kelopak teratai.
Semua elemen ini memberikan gambaran tentang seni pahat yang berkembang pada masa itu.
Keunikan Arca Warak
Salah satu daya tarik utama Arca Warak adalah keunikan bentuk dan kondisi arca-arca yang ada.
Berbeda dengan Candi Penataran yang megah dan terawat, Arca Warak tampil lebih sederhana namun penuh karakter.
Pahatannya yang tidak terlalu rapi justru menambah nilai estetika tersendiri, memberikan kesan bahwa setiap detail memiliki cerita.
Kondisi situs yang tercerai-berai menimbulkan banyak spekulasi mengenai fungsinya di masa lalu.
Beberapa ahli berpendapat bahwa Arca Warak mungkin dulunya merupakan bagian dari patirtaan atau tempat suci bagi masyarakat Hindu-Buddha.
Namun, hingga kini belum ada penelitian komprehensif yang dapat menjelaskan secara pasti fungsi asli dari situs ini.
Pelestarian dan Peran Masyarakat
Masyarakat Desa Modangan memiliki peran penting dalam pelestarian Arca Warak.
Mereka tidak hanya menjaga keberadaan situs ini tetapi juga memanfaatkan sumber daya alam di sekitarnya.
Pancuran air yang dibuat oleh warga setempat menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari mereka dan menunjukkan hubungan erat antara budaya dan alam.
Selain itu, pemerintah desa juga aktif dalam mengembangkan potensi wisata di sekitar situs ini.
Salah satu inisiatif terbaru adalah peluncuran Barongan Warak, sebuah kesenian lokal yang terinspirasi oleh patung warak di situs ini.
Kegiatan budaya seperti Gebyakan menjadi sarana untuk mengenalkan Arca Warak kepada generasi muda dan pengunjung luar daerah.
Akses Menuju Arca Warak
Untuk mencapai Arca Warak sangatlah mudah. Dari Candi Penataran, pengunjung hanya perlu mengikuti rute ke arah timur sekitar 2 km hingga tiba di perempatan kantor Desa Modangan.
Dari sana, papan petunjuk akan mengarahkan menuju lokasi situs.
Keberadaan petunjuk jalan membuat perjalanan menjadi lebih nyaman bagi wisatawan.
Adapun destinasi sejarah lain di Desa Modangan adalah perkebunan kopi Karanganjar.
Terletak di lereng Gunung Kelud, De Karanganjar menyajikan suasana sejuk dan segar yang membuat pengunjung betah berlama-lama.
Di sini, wisatawan dapat menikmati berbagai aktivitas menarik, mulai dari tur kebun kopi yang edukatif hingga mencicipi kopi lokal yang terkenal.
Selain itu, keberadaan museum dan kafe bernuansa kolonial dengan menu khas Blitar menambah daya tarik tempat ini, sehingga cocok sebagai pilihan ideal untuk keluarga maupun para pecinta sejarah.