Ditulis pada 29 Juli 2018
Oleh : Wima Brahmantya
Sekitar tujuh tahun lalu saya bertemu beliau di Candi Palah (Penataran). Kalau biasanya saya yang memandu tamu di area candi, kali ini wanita Jerman tersebutlah yang memandu saya. Bahkan beliau bisa menjelaskan satu persatu cerita yang ada di relief-relief tsb.
Tau gak rasanya? Seperti ditampar!
Saat itu di hadapan beliau saya seperti merasa ga tau apa-apa. Rasanya pengalaman ngeguide orang di candi seperti tiada berarti. Kok bisa orang Jerman lebih paham soal Candi Palah daripada saya yang orang Blitar? Bagi saya itu sedikit memalukan.
Tapi jangan diartikan negatif loh ya. Bagi saya ini “provokasi positif”, karena saya jadi terpacu untuk lebih mendalami hal ihwal Candi Palah. Saya akhirnya “mengenal kembali” cerita Panji yang di masa kanak-kanak sebenarnya sudah cukup akrab di telinga saya, sebelum akhirnya datanglah Doraemon, Batman, dan Kura Kura Ninja.
Karena Panji ini cukup menggairahkan, saya bersama Dewan Kesenian Kab Blitar pun sempat menyelenggarakan Festival Panji untuk pelajar pada tahun 2013, 2014, dan 2015. Kami juga bisa menyelesaikan Ensiklopedia Seni Budaya Blitar di mana di dalamnya ada memuat soal Panji.
Oh ya, saya lupa memperkenalkan beliau. Namanya Lydia Kieven, seorang arkeolog dan juga pakar Budaya Panji yang berasal dari Jerman. Beberapa buku tentang Panji sudah ditulisnya. Yang terakhir adalah “Menelusuri Panji & Sekartaji”. Saking gigihnya beliau dalam menghidupkan kembali Panji di tengah masyarakat, para seniman dan budayawan menjulukinya “Sekartaji”, yang merupakan kekasih dari Raden Panji Inu Kertapati.
Indonesia bagi bu Lydia sudah seperti rumah keduanya saja. Tiap tahun beliau selalu datang ke Indonesia, dan ke Blitar! Bahkan dalam dua tahun ini selalu mampir ke Keboen Kopi Karanganjar dan nginap.
Beliau juga ikut andil membantu saya menyelesaikan Kamar Panji yang ada di Moesioem mBlitaran. Ini foto beliau yang tampak bahagia melihat Kamar Panji yang hampir rampung. Yah, meskipun ruangannya kecil, tapi setidaknya bisa bermanfaat untuk selalu mengingatkan generasi muda akan kekayaan budaya lokal orisinil milik bangsa Indonesia sendiri, Panji.
Danke bu Lydia, semoga tetap bersemangat memasyarakatkan Panji!