Ditulis pada 26 Januari 2024
Oleh: Wima Brahmantya
“Tantangan mengerikan” buat konten kreator saat ini, terutama yang masih baru, adalah bukan lagi soal kualitas konten, atau trik untuk bikin konten menarik, tapi sudah bagaimana cara bisa “menaklukkan algoritma”.
Ini yang sering bikin konten kreator frustrasi. Banyak konten bagus gagal ngangkat hanya gara-gara kontennya “tidak direkomendasikan algoritma”.
Saya pun merasakan demikian, walaupun pada saat ini kondisinya tidak selalu “miserable”. Sebagai contoh, video yang saya lingkari di foto, sampai saat ini di YouTube sudah tembus 3.3 juta, dan sukses mengundang 30 ribuan subscribers baru hanya kurang dari 1 bulan saja.
Tapi dengan bejibunnya subscribers baru, tidak serta merta video lain ikut ngangkat. Rata-rata video panjang kami masih segitu aja, antara 1000-2000 viewers. Ada sih yang nembus puluhan ribu viewers, tapi ga banyak. Artinya, video lainnya, ternyata ga terlalu direkomendasikan algoritma YouTube.
Itu pun video 3.3 jt viewers di YouTube, nasibnya beda di platform lain. Di FB emang udah tembus hampir 1 jt viewers, tapi di IG cuma mentok di 8 ribuan aja.
TikTok? Ga nyampe 200 viewers. Dan di TikTok ini sering bikin frustasi juga, banyak video kami yang dilabeli “video ini tidak layak tampil”.
Padahal videonya bagus .. menurut saya sih haha .. isinya pun tidak (langsung) melanggar hak cipta, mengandung rasisme, atau kekerasan.
Dugaan saya kalau di TikTok problemnya adalah penggunaan background music. Selama ini video TikTok yang meledak adalah yang pakai “lagu-lagu hits” yang disediakan TikTok sendiri. Masalahnya banyak lagu tersebut yang ga masuk sama tema yang diangkat di De Karanganjar.
Kembali ke laptop. Kalau memang tantangan utama konten kreator adalah soal bagaimana “menaklukkan algoritma”, saya khawatir dalam jangka panjang, konten kreator akan lebih mengutamakan kuantitas daripada kualitas. Konten kreator akan lebih sibuk mikir gimmick dan mengakali algoritma demi bisa viral, ketimbang mikir kedalaman dan keindahan materi.
Ya emang sih .. buat apa bikin konten serius dan bagus, kalau ujungnya yang nonton cuma saudara dan teman sekitar yang kita kirimi link video tersebut ..
Itu pun juga kalau mereka ga lagi males buka ..