Dompet udah tipis, harga coffee malah makin sadis?
Kalau udah begini, mana bisa akhir bulan senyum manis.
Kenaikan harga coffee global telah menjadi topik hangat dalam beberapa tahun terakhir.
Para ahli memperkirakan bahwa harga coffee akan terus meroket hingga tahun 2025, dipicu oleh sejumlah faktor yang kompleks.
Mulai dari perubahan iklim hingga kebijakan perdagangan internasional, setiap faktor berkontribusi penting terhadap dinamika pasar coffee global.
Faktor Penyebab Kenaikan Harga Coffee
1. Perubahan Iklim
Perubahan iklim telah menjadi salah satu ancaman terbesar bagi produksi coffee.
Cuaca ekstrem seperti kekeringan di Brasil dan hujan tidak terduga di Vietnam telah mengganggu panen.
Menurut laporan, Brasil sebagai produsen utama coffee Arabika mengalami penurunan produksi akibat kondisi cuaca buruk.
Sementara itu, Vietnam yang dikenal sebagai penghasil coffee Robusta terbesar juga menghadapi tantangan serupa.
2. Permintaan Global yang Tinggi
Permintaan terhadap coffee terus meningkat seiring dengan pertumbuhan populasi dan budaya konsumsi coffee yang semakin meluas.
Di Eropa, misalnya, pelanggan diperkirakan akan membayar lebih untuk coffee mereka sejalan dengan peraturan baru mengenai deforestasi.
Permintaan yang tinggi ini berkontribusi pada lonjakan harga.
3. Gangguan Pasokan
Kelangkaan pasokan biji coffee dari negara-negara penghasil utama seperti Brasil dan Vietnam menyebabkan kekhawatiran di kalangan pedagang.
Giuseppe Lavazza dari Luigi Lavazza SpA menyatakan bahwa kekurangan produksi di Vietnam dapat memicu lonjakan harga biji coffee.
Dengan semakin sedikitnya pasokan, harga diperkirakan akan meningkat.
4. Kebijakan Perdagangan Internasional
Kebijakan baru mengenai perdagangan dan lingkungan juga dapat mempengaruhi harga coffee.
Misalnya, regulasi terkait deforestasi di Eropa dapat meningkatkan biaya produksi bagi petani coffee.
Ke depannya, hal ini dapat mendorong kenaikan harga di pasar global.
Ramalan Harga Coffee Hingga 2025
Berdasarkan analisis terbaru, harga coffee global diprediksi akan meningkat hingga 25% pada tahun 2025.
Beberapa lembaga riset menyebutkan bahwa kondisi cuaca buruk di negara-negara penghasil utama akan terus menekan pasar.
Sektor coffee global sangat bergantung pada dua negara besar: Brasil dan Vietnam. Keduanya menyuplai hampir 55% dari total produksi dunia.
Jika salah satu dari negara ini mengalami masalah dalam produksi, dampaknya akan terasa di seluruh dunia.
Dampak Kenaikan Harga bagi Petani dan Konsumen
• Bagi Petani
Kenaikan harga bisa menjadi berkah bagi petani coffee jika mereka mampu memanfaatkan situasi ini dengan baik.
Namun, mereka juga harus waspada terhadap fluktuasi pasar yang cepat.
Petani perlu memantau informasi terkini agar dapat mengambil keputusan yang tepat mengenai penjualan dan penyimpanan hasil panen mereka.
• Bagi Konsumen
Bagi konsumen, kenaikan harga berarti harus merogoh kocek lebih dalam untuk secangkir coffee favorit mereka.
Ini juga bisa mempengaruhi kebiasaan konsumsi, di mana orang mungkin beralih ke merek lokal atau alternatif yang lebih terjangkau.
Di tengah ramalan domino tentang harga coffee global yang terus meningkat, konsumen dan penikmat coffee memiliki alternatif menarik untuk tetap menikmati coffee berkualitas tanpa harus khawatir dengan lonjakan harga.
Salah satu solusinya adalah dengan beralih ke produk coffee lokal, seperti Coffee Khas Blitar dari De Karanganjar Koffieplantage.
De Karanganjar Koffieplantage adalah perkebunan coffee tertua di Blitar yang didirikan sejak 1874.
Perkebunan ini menawarkan coffee robusta, excelsa, dan arabika yang diolah dengan metode tradisional dan modern untuk menghasilkan rasa dan aroma yang khas.
Terletak di lereng Gunung Kelud pada ketinggian 475-650 meter, perkebunan ini ideal untuk budidaya coffee robusta.
Selain coffee, perkebunan ini juga menanam cengkeh dan durian sebagai komoditi pendamping